TRIBUNNEWS.COM -Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, menyerukan agar Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mendorong “migrasi sukarela” penduduk Palestina dari Jalur Gaza.
Menteri sayap kanan itu mendesak pemerintah Israel agar segera mencari negara-negara yang siap menerima penduduk Palestina.
\”Gaza tidak akan menjadi sarang bagi dua juta orang yang ingin menghancurkan Negara Israel. Kami ingin mendorong imigrasi sukarela,\” kata Bezalel Smotrich dalam sebuah wawancara dengan Channel 12 Israel, Minggu (31/12/2023).
Bezalel Smotrich yang memimpin partai ekstremis “Rumah Yahudi” itu menambahkan Israel harus mempertimbangkan kedua hal tersebut.
Ia memaksa pemerintah Israel untuk mengambilalih Jalur Gaza dalam waktu yang lama jika Hamas berhasil dikalahkan oleh Israel.“Kami harus tinggal di Gaza untuk waktu yang lama, dan saya mendorong perubahan radikal di Jalur Gaza,” kata Bezalel Smotrich menyatakan penolakannya terhadap Otoritas Palestina (PA) untuk mengambil kendali Jalur Gaza.
Ia mengatakan sangat mendukung perubahan total dalam realitas di Gaza, dengan mengadakan diskusi mengenai penyelesaian di sana.
Ini bukan pertama kalinya Bezalel Smotrich membuat pernyataan kontroversial.
Sebelumnya ia mendapat kecaman dari PA karena menggambarkan orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Gaza sebagai Nazi.
Ia bahkan menyerukan pembentukan zona penyangga, termasuk mendirikan pemukiman ilegal Israel, di sekitar pemukiman Palestina dan jalan raya serta mencegah orang Palestina memasukinya.
Dia juga meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Galant untuk menghentikan musim panen zaitun Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Gambar yang diambil dari Rafah menunjukkan asap mengepul di atas Khan Yunis di Jalur Gaza selatan selama pemboman Israel pada 30 Desember 2023, ketika pertempuran antara gerakan Hamas Palestina dan Israel terus berlanjut. (AFP)Hamas Palestina vs Israel
Perang Israel dan Hamas semakin memanas setelah Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.