Panas terik yang menyelimuti New Delhi, India telah menimbulkan dampak buruk yang enggak main-main. Rohit Garg, seorang pekerja gig berusia 24 tahun, terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Safdarjung di ibu kota India itu karena ia pingsan di perhentian terakhir saat mengirimkan pesanan makanan dengan kendaraan roda duanya.
\”Kadar gulanya turun, dan dia menderita dehidrasi parah. Kami harus memberinya terapi rehidrasi karena dia mengalami heat stroke,” kata dokter Ashutosh Singh kepada DW.
Jagan Das, seorang pekerja konstruksi, juga mengalami hal yang kurang lebih sama. Kabar baiknya, ia telah dilaporkan pulih setelah menjalani rawat inap selama empat hari di rumah sakit.
\”Saya mengalami dehidrasi dan beruntung bisa bertahan hidup. Shift kerja 10 jam dalam suhu tinggi membuat saya jatuh sakit,” kata Das kepada DW.
Delhi ‘mendidih\’
Mengingat panas terik yang masih terus mengancam, beberapa rumah sakit di Delhi telah mendirikan unit-unit khusus untuk merawat pasien yang sakit akibat cuaca panas.
Pemerintah Delhi juga telah meminta rumah sakit untuk memulai rencana aksi penanggulangan panas dan memastikan kesiapan menghadapi Insiden Terkait Panas (Heat Related Incidents/HRIs).
Hal tersebut masuk akal, karena dalam dua minggu terakhir, ada sekitar 10-15% lebih banyak pasien terkait panas yang datang ke Departemen Rawat Jalan (OPD) dan sekitar 10% ke unit gawat darurat (UGD).
\”Staf rumah sakit kami dilatih untuk bisa mendapatkan diagnosis dengan cepat dan kami siap dengan terapi rehidrasi, tergantung pada tingkat keparahan pasien heat stroke yang datang,” kata Sumit Ray, direktur medis Holy Family Hospital, kepada DW.
Departemen Meteorologi India telah mengeluarkan \”red alert” tentang panas ekstrem di ibu kota negara tersebut. Najafgarh, salah satu kota di selatan Delhi, dilaporkan telah mencatat suhu maksimum 47,8 derajat Celcius, suhu tertinggi sejauh ini.
Pemerintah Delhi juga telah meminta sekolah-sekolah yang belum tutup untuk liburan musim panas agar segera melakukan penutupan.
Tidak sampai di situ, cuaca panas juga telah membuat pengunjung taman-taman dan pasar-pasar umum semakin sedikit. Sementara itu, otoritas kebun binatang dilaporkan telah mulai menerapkan beberapa tindakan pencegahan terkait panas, seperti melakukan penyemprotan terhadap hewan dan memasang pendingin di kandang.
Nasib warga miskin dan tunawisma
Para pekerja luar ruangan dan rumah tangga berpenghasilan rendah menjadi salah satu kelompok terdampak paling buruk akibat panas ekstrem di Delhi.
Tidak ada bantuan yang diberikan kepada mereka, padahal bekerja di bawah suhu tinggi dapat menimbulkan risiko kesehatan serius terhadap mereka.
\”Kami menanggung beban terberat akibat gelombang panas, dehidrasi dan heat stroke, hampir setiap hari, dan tidak ada fasilitas dasar untuk menghadapi panas ekstrem ini,” kata Meena Devi, seorang pekerja konstruksi harian, kepada DW.