Meskipun perolehan suara partai-partai sayap kanan di Perancis dan Jerman meningkat secara dramatis, hal ini tidak cukup untuk menggulingkan mayoritas haluan tengah di Parlemen Eropa. Hasil yang diumumkan pada Minggu malam (09/06/24) ini membuat . Ini berarti politisi konservatif Jerman Ursula von der Leyen tetap menjadi Presiden Komisi Eropa hingga tahun 2029.
\”Kami memenangkan pemilu Eropa. Sejauh ini kami adalah partai terkuat. Kami adalah jangkar stabilitas,\” kata Ursula van der Leyen kepada para jurnalis yang berkumpul di Parlemen Eropa, di Brussel, Belgia, ketika hasil-hasil sementara suara diumumkan.
Menurut hasil sementara di 27 negara Uni Eroap, partai van der Leyen, yakni Partai Rakyat Eropa (European People\’s Party/EPP) yang beraliran tengah-kanan memenangkan 184 dari 720 kursi. Berada di tempat kedua, kelompok Sosialis dan Demokrat (Socialists and Democrats/S&D) yang memenangkan 139 kursi parlemen, diikuti oleh kelompok liberal Renew dengan 80 kursi.
“Kami akan membangun benteng melawan kelompok ekstrem dari sayap kiri dan kanan,” kata von der Leyen kepada para pendukung EPP di acara terpisah tadi malam, dengan merujuk pada kelompok sayap kiri-tengah dan liberal, yang harus diajaknya bekerja sama untuk terus mendorong agenda ke depannya.
Setelah berminggu-minggu spekulasi soal kemenangan besar sayap kanan, serangkaian hasil individu yang luar biasa ditunjukkan oleh kelompok Rally Nasional Prancis (National Rally/RN), Partai Kebebasan Austria (The Freedom Party of Austria/FPÖ), dan Partai Alternatif Jerman (Alternative für Deutschland/AfD), tidak cukup diartikan ke dalam perombakan komposisi politik Uni Eropa.
Setelah berminggu-minggu spekulasi mengenai kemungkinan kemenangan telak kelompok sayap kanan, hasil mengejutkan dari Partai RN di Perancis, Partai Kebebasan di Austria dan Partai Alternatif untuk Jerman AfD tidak serta merta menyebabkan pergolakan dalam lanskap politik UE. Namun, karena jumlah anggota parlemen sayap kanan di parlemen lebih banyak dibandingkan sebelumnya, suara mereka harus didengarkan di masa depan.
Kejutan di Prancis
Setelah empat hari Pemilu berlangsung, dengan hampir 180 juta orang di 27 negara memberikan suara, kejutan besar dari Paris. Presiden Prancis Emanuel Macron pada Minggu mengumumkan bahwa ia akan membubarkan Majelis Nasional dan menyerukan pemilihan legislatif secepatnya setelah aliansi sentrisnya dikalahkan oleh partai sayap kanan dalam pemilihan Parlemen Eropa.
Partainya, Partai Renaissance yang berhaluan tengah dan pro-Eropa, hanya memperoleh 15% suara, dikalahkan oleh Partai sayap kanan NR, yang memperoleh lebih dari 30% suara di Prancis.
\”Saya telah memutuskan untuk memberikan kembali kepada Anda pilihan masa depan parlemen kita melalui pemungutan suara. Oleh karena itu saya membubarkan Majelis Nasional,\” kata Macron dalam pidatonya di depan negara. “Partai-partai sayap kanan […] mengalami kemajuan di mana-mana di benua ini. Ini adalah situasi yang saya tidak bisa pasrah.”
Langkah ini merupakan pertaruhan besar untuk Macron karena ia tampaknya mencoba untuk mendapatkan kendali atas Prancis. Para pemilih Prancis akan kembali ke tempat pemungutan suara pada tanggal 30 Juni dan 7 Juli. Untuk saat ini posisi Macron sendiri masih cukup aman, karena ia terpilih kembali sebagai presiden pada tahun 2022, mengalahkan kandidat dari Partai Nasional Marine Le Pen.
Sayap kanan bergembira tapi terpecah
Dari Paris, Le Pen langsung menyambut pengumuman Macron. \”Kami siap menjalankan kekuasaan jika rakyat Prancis memberikan kepercayaan kepada kami dalam pemilu ini,\” katanya. \”Kami siap untuk mengubah negara ini, untuk membela kepentingan Prancis, untuk menghentikan migrasi massal.\”
Le Pen diperkirakan akan bertarung dalam pemilihan presiden Prancis tahun 2027, meskipun anggota Parlemen Eropa berusia 28 tahun, Jordan Bardella, kini memimpin Partai National Rally.
Ada alasan untuk merayakan keberhasilan kedua kelompok parlemen kanan ekstrem, ECR yang berhaluan nasional-konservatif dan ID yang berhaluan kanan ekstrem, meskipun kenaikannya lebih kecil ketimbang yang diharapkan oleh para anggotanya. Mereka masing-masing digadang mendapatkan 71 dan 58 kursi.
Selain itu, ada juga proyeksi 14 anggota parlemen Eropa untuk AfD, yang menepis serangkaian skandal dan muncul sebagai kekuatan terbesar kedua di Jerman, di belakang Partai Demokrat Kristen (CDU) yang dipimpin Ursula von der Leyen.