To Lam, sekretaris jenderal (sekjen) Partai Komunis Vietnam yang baru saja ditunjuk, berkunjung ke Beijing pada Senin (19/08), sebagai lawatan luar negeri perdananya sejak mengambil alih jabatan itu pada awal bulan ini.
Dalam kunjungannya, To Lam bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping, Menteri Luar Negeri (Menlu) Wang Yi, dan Perdana Menteri (PM) Li Qiang.
To Lam sebut hubungan negaranya dengan Beijing sebagai \”prioritas utama dalam kebijakan luar negeri Vietnam” dan setuju dengan Xi untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan.
Selama satu dekade terakhir, Vietnam telah menerapkan strategi \”diplomasi bambu”-nya, yang berfokus pada keseimbangan hubungan dengan hampir semua negara besar.
Namun, negara ini masih terlibat dalam perselisihan teritorial dengan Cina di Laut Cina Selatan (LCS), yang memicu kebencian publik Vietnam terhadap apa yang dianggap banyak orang sebagai sikap tunduk pada musuh bebuyutan.
Hanoi juga secara signifikan memperbaiki hubungannya dengan mantan musuhnya, Amerika Serikat (AS), meski beberapa orang di dalam Partai Komunis Vietnam tetap mewaspadai adanya potensi ambisi perubahan rezim pemerintahan Washington.
To Lam menjabat sebagai presiden Vietnam pada Mei lalu, setelah sebelumnya menjabat sebagai menteri keamanan publik Vietnam.
Ia juga mengambil alih peran sebagai ketua Partai Komunis setelah pendahulunya, Nguyen Phu Trong, meninggal dunia bulan lalu.
Kunjungan perdana To Lam ke Cina ini menimbulkan banyak pertanyaan di Barat, karena beberapa pengamat berspekulasi bahwa ini menandakan perubahan dalam kebijakan luar negeri Vietnam.
Pengamat: Spekulasi tentang Vietnam berpaling ke Cina itu ‘berlebihan’
Zachery Abuza, seorang profesor di National War College Washington, memperingatkan agar tidak terlalu menaruh perhatian yang berlebihan terhadap kunjungan kali ini.
\”Semua laporan tentang peralihan Vietnam ke Cina di bawah To Lam ini benar-benar berlebihan. Perjalanan ini sudah dijadwalkan beberapa bulan yang lalu,” katanya kepada DW.
Para pemimpin Partai Komunis Vietnam yang baru dilantik biasanya mengunjungi sekutu tradisional dan tetangga, Kamboja atau Laos, setelah menjabat. To Lam sudah melakukan perjalanan ke kedua negara itu pada Juli, setelah terpilih sebagai presiden.
\”Cina selalu menjadi pemberhentian pertama setelah pemimpin Vietnam melakukan perjalanan ke Laos dan Kamboja,” tambah Abuza.
To Lam masih perlu membangun hubungan pribadi dengan Presiden Xi. Hanoi juga masih perlu berhati-hati terhadap potensi bentrokan teritorial dengan Cina.

By admin