Jepang secara tradisional dianggap sebagai pasar yang sulit untuk menjual parfum, deodoran, dan produk berbasis wewangian.
Namun, analis mengatakan sikap ini \”berubah secara mendasar\” dalam waktu singkat, dan daya tarik wewangian mulai diterima oleh konsumen.
Wewangian hanya mencakup sekitar 1,6% dari pasar kecantikan Jepang, yang sangat kecil di negara yang menjadi pasar kecantikan terbesar ketiga di dunia ini, kata Yoriko Oka, manajer senior di divisi wewangian dan kosmetik dari perusahaan importir produk mewah, Bluebell Japan Ltd.
\”Namun, jelas telah terjadi perubahan dalam pola pikir konsumen,\” katanya kepada DW.
Studi oleh Fuji Keizai Group, sebuah firma riset pasar, memperkirakan pasar parfum domestik Jepang akan bernilai 54,7 miliar yen (sekitar Rp5,7 triliun) pada 2024, atau naik lebih dari 30% dari tahun 2020. Mereka juga memprediksi adanya pertumbuhan tambahan yang diantisipasi.
Ada beberapa alasan mengapa produk wewangian kian populer, kata Oka.
\”Jelas, media sosial telah berkontribusi terhadap minat akan wewangian,\” kata dia. \”Platform media sosial X (dulunya Twitter) sangat berpengaruh di Jepang dan komentar-komentar kecil di sana telah memicu tren.\”
Pergeseran budaya dan media sosial pengaruhi pasar parfum
Ken Masuno, manajer akun untuk firma analisis riset pasar Tokyoesque, setuju dengan penilaian ini.
\”Saya pikir, budaya Jepang telah menjadi \’tempat bertemunya Timur dan Barat\’ selama beberapa dekade dan gerakan baru ini hanyalah pergeseran lain dalam perpaduan budaya. Media sosial sangat populer di Jepang. Karena itu, saat ini jauh lebih mudah memberikan pengaruh budaya dengan cara memiliki platform atau saluran yang tepat,\” katanya kepada DW.
Merek lain telah membuat terobosan baru lewat kerja sama dengan bintang pop Korea, yang sangat populer di Jepang. Pasar juga meningkat selama pandemi corona, ketika mayoritas orang di Jepang bekerja dari rumah dan tidak dapat bersosialisasi dengan teman-teman.
Dengan adanya uang yang waktu itu tidak begitu digunakan, perempuan muda mulai bereksperimen dengan membeli parfum secara online.
Di Jepang, tubuh tidak bau berarti wangi
Namun, mengapa orang Jepang sebelumnya menghindari wewangian dalam kehidupan sehari-hari mereka?
\”Jepang mungkin satu-satunya budaya di dunia di mana jika tidak punya bau berarti memiliki bau yang harum,\” kata Oka.
Parfum menjadi populer di Eropa sejak abad ke-16 terutama sebagai cara untuk menyembunyikan bau tidak sedap dari orang-orang yang jarang mandi. Sementara di Jepang, mandi setiap hari dan perhatian yang cermat terhadap kebersihan telah lama menjadi kebiasaan.

By admin