TRIBUNNEWS.com – Panglima Tertinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) di Iran, Jenderal Hossein Salami, menyebut Israel saat ini tengah mengalami keresahan internal.
Hal ini menyusul unjuk rasa besar-besaran pada Sabtu (7/9/2024), di mana sekitar 750.000 warga Israel turun ke jalan, mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menyetujui kesepakatan pertukaran sandera dan gencatan senjata dengan Hamas.
Menurut Salami, adanya aksi unjuk rasa besar-besaran itu menjadi \”tanda-tanda kejatuhan musuh (Israel) semakin nyata.\”
\”Kini, pendudukan Israel terjebak dalam krisis tanpa jalan keluar,\” ujarnya dalam pidato di acara konferensi penghormatan para martir di Provinsi Kohgiluyeh dan Boyer-Ahmad, Minggu (8/9/2024), dikutip dari Al Mayadeen.
Lebih lanjut, Salami kembali menegaskan Iran akan melakukan serangan balas dendam terhadap Israel.
Menurutnya, Israel bakal menghadapi mimpi buruk dari pembalasan Iran.
Ia juga menekankan, Israel tak bisa terus memanipulasi Iran tanpa risiko yang serius.
\”Yakinlah, respons (serangan balasan) akan datang. Kapan dan bagaimana? Kali ini berbeda, Israel tidak bisa lagi membalas dan lolos tanpa cedera,\” kata Salami.
\”Musuh Zionis akan merasakan pahitnya balas dendam Iran. Mimpi buruk pembalasan Iran telah tanpa henti mengguncang Israel siang dan malam,\” tegas dia.
Salami juga menyinggung soal Israel yang menurutnya semakin terisolasi secara global, sedangkan dukungan untuk Palestina terus meningkat.
Di akhir pidatonya, ia menyebut pemimpin Israel saat ini tengah terguncang mentalnya dan tinggal menunggu waktu mati.
\”Rezim Israel kini terkurung dan para pemimpinnya kehilangan kestabilan mental, tinggal menunggu kematian akan datang kapan saja,\” tutup Salami.
Terpisah, mantan komandan IRGC, Mohsen Rezaei, memastikan Iran akan membalas Israel atas kematian Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran.
Menurutnya, pembalasan itu akan dipersiapkan secara baik sehingga Netanyahu tidak dapat \”menyelamatkan diri\” dari krisis yang dialaminya.