Di Jerman, saat seseorang berusia 16 tahun akan ada banyak hak Istimewa yang mereka terima.
Antara lain yakni hak membeli bir, mengendarai skuter, atau membeli telepon. Ada satu hak lagi yang akan segera dinikmati seseorang yang berusia 16 tahun.
Setelah perdebatan panjang di Jerman mengenai penurunan usia pemilih dalam pemilu Uni Eropa, anak-anak berusia 16 dan 17 tahun akan diizinkan untuk memberikan suara mereka untuk pertama kalinya. Ini juga berlaku bagi warga Belgia, Austria, Yunani, dan Malta.
Para pendidik dan organisasi nonpemerintah pun menganjurkan diadakannya lokakarya untuk mempersiapkan generasi muda Jerman menghadapi Pemilu Eropa.
Yayasan Friedrich Ebert, yang berasosiasi dengan Partai Sosial Demokrat Jerman berhaluan kiri-tengah, menyebutnya sebagai \”training up\” khusus bagi generasi muda.
Dan itu adalah langkah yang masuk akal. Memang banyak pemilih muda cenderung tidak yakin mengenai siapa yang akan mereka pilih, dan apa pengaruh tanda x kecil di surat suara terhadap kehidupan mereka.
AfD berkampanye di TikTok
Namun, sebagian besar anak muda mungkin akan memprioritaskan platform media sosial dibandingkan yayasan untuk mendapatkan informasi.
Partai Alternatif untuk Jerman (AfD) yang berhaluan sayap kanan dan populis memanfaatkan ini dan menargetkan pemilih muda dengan kampanye agresif di platform berbagi video TikTok.
Di sana, Maximilian Krah, ekstremis sayap kanan dan kandidat utama AfD dalam Pemilu Eropa, menampilkan persona tidak hanya sebagai politisi, tetapi juga sebagai ahli kencan. Ia membagikan ‘nasihat cinta\’ kepada para lelaki muda.
\”Pria sejati itu sayap kanan, pria sejati punya cita-cita, pria sejati adalah patriot,” katanya dalam sebuah video yang sejauh ini telah ditonton lebih dari 1 juta kali. \”Dengan begitu kamu akan mendapatkan pacar.”
Dalam video lain, ia mengatakan kepada audiens bahwa \”ibumu akan menjadi miskin ketika dia tua,\” atau bahwa \”pemerintah membencimu.\”
Video Krah seolah ‘menampol\’ banyak orang. Analisis konsultan politik Johannes Hillje, yang diberikan kepada lembaga penyiaran publik ZDF Jerman, menemukan bahwa video TikTok yang diposting oleh faksi parlemen AfD menjangkau sekitar 10 kali lebih banyak penonton dibandingkan video yang diposting oleh partai lain. Dan akun milik perwakilan AfD lokal dan influencer sayap kanan juga menjajakan konten serupa.
Partai politik lain tertinggal jauh
\”Masih jadi misteri bagi saya mengapa pihak lain tidak banyak melakukan sesuatu,\” kata Klaus Hurrelmann, pakar pendidikan, kepada DW. \”Generasi muda ini tumbuh secara online, berkomunikasi secara eksklusif melalui saluran digital, dan pada dasarnya hanya menerima informasi politik di kanal-kanal ini.\”
Salah satu alasan mengapa TikTok begitu sukses adalah cara algoritmanya beroperasi. Partai-partai politik lain di Jerman tampaknya tertinggal jauh dalam perlombaan untuk mendapatkan perhatian online. Tidak jelas juga apakah mereka akan mampu mengejar kesenjangan tersebut.