TRIBUNNEWS.COM -Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan Israel dan Amerika Serikat (AS) menyetujui tujuan utama operasi di Jalur Gaza, namun ada perselisihan di antara mereka mengenai rinciannya.
Ia mengatakan, AS setuju dengan operasi Israel di Jalur Gaza yang disebutnya menargetkan Hamas, namun menolak cara Israel mencapainya.
\”Kami sepakat mengenai tujuan utama (operasi Israel di Gaza), namun kami tidak sepakat mengenai cara mencapainya. Pada akhirnya, Israel harus mengambil keputusan,\” kata Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan Lawrence Jones dari Fox News, Senin (11/3/2024).
Dia mengatakan Israel tidak berniat memperlambat pertempuran di Jalur Gaza, meski saat ini jumlah kematian warga Palestina mencapai lebih dari 30.000 jiwa.
\”Kami tidak akan memperlambat. Kami perlu menjaga keamanan Israel, dan ini berarti menghancurkan tentara Hamas,\” katanya.
Dia menambahkan, tentara Israel memusnahkan sekitar tiga perempat pejuang Hamas dan mengklaim kemenangan atas gerakan ini sudah dekat.
Netanyahu dan Beda Pendapat soal \’Garis Merah\’ di Rafah
Menanggapi kekhawatiran sekutunya Presiden AS Joe Biden soal risiko meningkatnya korban jiwa jika Israel menginvasi Rafah, Netanyahu mengatakan setuju untuk melindungi warga sipil Palestina yang tidak bersalah.
Netanyahu sebelumnya bersikeras bahwa Rafah adalah benteng terakhir Hamas, setelah Israel menyerang Jalur Gaza utara dan tengah, yang mendorong 1,5 juta warga Palestina mengungsi ke Rafah di Jalur Gaza selatan.
Namun, ia tidak bisa mengabaikan tujuan utamanya menghancurkan Hamas di seluruh Jalur Gaza, termasuk di Rafah.
\”Anda harus bertanya padanya (Joe Biden) apa yang dia katakan, karena dia bilang dia setuju bahwa kita harus menghancurkan Hamas sebagai organisasi pejuang. Itu yang ingin kami lakukan. Lihat, ini (adalah soal) Israel atau Hamas. Tidak ada jalan tengah,\” katanya kepada Fox News.

\”Kita tidak bisa mendapatkan dua pertiga kemenangan, karena Hamas akan membentuk kembali dirinya dengan empat batalyon di Rafah, merebut kembali Gaza,\” lanjutnya.
Ia mengulangi klaimnya soal kemungkinan Hamas akan melakukan operasi lainnya selain Operasi Badai Al Aqsa pada 7 Oktober 2023 lalu.
\”Bagi kami, bagi Israel, bukan hanya bagi saya, tetapi bagi rakyat Israel, itu adalah garis merah. Kami tidak bisa membiarkan Hamas bertahan,\” lanjutnya.

Netanyahu Utamakan Israel
Pembawa acara lalu bertanya apakah perbedaan pendapat dengan Joe Biden itu merusak hubungan AS dan Israel serta apakah Israel ditekan untuk menarik serangannya terhadap Hamas.

By admin