Suara mendengung tiba-tiba memenuhi langit, kata Mohammad Zakaria Junaidi.
\”Saya baru saja hendak pulang untuk menyiapkan makan siang untuk istri dan anak-anak ketika sebuah drone bersenjata mengejar sepeda motor saya,” kata Junaidi, seorang petani di barat laut Suriah, kepada DW.
\”Saya pikir, saya dan kedua putra saya di kursi penumpang akan meninggal,” kata ayah berusia 33 tahun itu ketika mengingat situasi yang terjadi pada akhir Februari lalu.
\”Tidak ada tempat untuk bersembunyi di jalan antara desa dan ladang,” katanya kepada DW.
Dalam upaya melarikan diri, dia memacu sepeda motornya memasuki jalan tanah. \”Drone itu sempat kehilangan kami selama beberapa detik, namun setelah berhasil menemukan lokasi kami, drone itu meledak,” katanya.
Junaidi dan kedua anaknya terluka terkena pecahan granat yang dipasang pada drone.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Serangan sistematis terhadap warga sipil
Suriah dilanda perang saudara sejak bulan Maret 2011, tepatnya 13 tahun lalu. Saat itu, Presiden Suriah Bashar Assad melancarkan aksi brutal demi memadamkan protes anti-pemerintah.
Sejak itu, menurut perkiraan, antara 500.000 dan 650.000 warga Suriah tewas terbunuh.
Negeri terbesar di daratan Syam itu kini terbagi menjadi beberapa wilayah yang dikuasai oleh pemerintah Suriah dengan dukungan Rusia dan Iran, dan daerah oposisi yang didukung oleh Turki, Amerika Serikat dan negara lain.
Ladang Mohammad Zakaria Junaidi terletak di Al-Nayrab, dekat Idlib benteng penting terakhir milik oposisi Tentara Nasional Suriah dan milisi jihadis yang cukup kuat Hayat Tahrir al-Sham, atau HTS.
\”Di barat laut Suriah, pasukan pemerintah menggunakan drone menarget HTS, untuk mendapatkan keunggulan taktis,” kata Nanar Hawach, analis senior Suriah di International Crisis Group, sebuah lembaga penelitian konflik.
Drone non-militer dimodifikasi untuk bisa mengangkut hingga dua kilogram bahan peledak. Walau tidak menyamai akurasi drone militer, namun drone ini murah dan mudah diakses, juga tergolong cukup efektif untuk menarget kelompok kecil, kendaraan dan rute suplai. \”Sejumlah drone yang dioperasikan militer itu sudah diproduksi di Suriah,\” tambah Hawach.
Celakanya, warga sipil semakin sering menjadi korban drone perang dalam beberapa bulan terakhir. \”Rezim Suriah dan para pendukungnya, Rusia dan Iran, menggiatkan penggunaan drone bunuh diri di wilayah-wilayah pertanian besar, seperti Hama, Idlib dan Aleppo,” kata Kelly Petillo, peneliti Timur Tengah di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, kepada DW.
\”Tujuannya adalah untuk meneror warga sipil di wilayah oposisi dan didesain untuk menimbulkan banyak korban jiwa,” katanya, seraya menambahkan bahwa \”kelompok lokal telah melaporkan sekitar 140 serangan semacam ini sejak awal tahun.\”