Serangan udara Iran pada Sabtu (13/4) lalu memantik amarah bagi Israel, karena merupakan serangan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Israel sampai berjanji bakal membalas lebih dari 300 proyektil Iran, meski negara-negara Barat sudah mewanti-wanti untuk tidak memperkeruh situasi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan negaranya yang akan memutuskan bagaimana mereka akan membalas Teheran.
\”Saya ingin menegaskan, kami akan membuat keputusan kami sendiri dan Israel akan melakukan semua hal yang diperlukan untuk mempertahankan diri,\” kata Netanyahu saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Annalena Baerbock serta Menlu Inggris David Cameron.Daftar Negara-negara Sekutu IranADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Kabinet perang Israel sudah beberapa kali rapat untuk mendiskusikan respons yang akan mereka lakukan terhadap Iran.
Presiden Iran Ebrahim Raisi sementara itu mengancam bakal menyerang brutal Negeri Zionis jika berani balas menyerang. Pasalnya, serangan Iran ke Israel pada akhir pekan itu merupakan balasan atas serangan udara Israel terhadap fasilitas kedutaan besar Iran di Damaskus, Suriah, 1 April lalu.
Tujuh orang tewas dalam serangan tersebut. Dua di antaranya merupakan jenderal Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).
Israel pun sempat melancarkan serangan menggunakan drone-drone ke Kota Isfahan pada Jumat (19/4). Teheran kemudian mampu menangkal serangan tersebut hingga tak menimbulkan kerusakan termasuk fasilitas nuklir di Isfahan.
Meski demikian, pihak militer Israel menyatakan bahwa serangan tersebut sekedar pesan peringatan ke Iran bahwa Tel Aviv mampu menjangkau wilayah-wilayah vital di Iran.
Bagaimana Iran bertahan saat digempur Israel?Update Terkini Israel Serang Konjen di Damaskus hingga Dibalas IranMengandalkan senjata pertahanan lokal
Dilansir Al Jazeera, selama beberapa dekade Iran bersikeras untuk mengandalkan kemampuannya sendiri dalam sejumlah hal, baik soal ekonomi maupun militer.
Sebagian besar akibat perangnya dengan Irak, yang sempat menginvasi Iran pada 1980 di bawah perintah mantan penguasa Irak Saddam Hussein. Saat itu, Baghdad didukung secara militer oleh banyak kekuatan asing, termasuk Amerika Serikat.
Karenanya, setelah perang berakhir, Teheran memantapkan diri untuk memperkuat militernya sendiri agar mampu bersaing di kancah global.
Namun demikian, selama berpuluh-puluh tahun, Iran berada di bawah sanksi-sanksi dan embargo dunia. Kemampuan udara Iran pun terhambat oleh berbagai jet tempur canggih yang dimiliki AS dan Barat.AS Veto Resolusi soal Keanggotaan Penuh Palestina di PBBMeski begitu, Iran menerima dukungan dari Rusia. Saat ini, Iran sebagian besar mengoperasikan jet tempur Sukhoi dan MiG buatan Rusia yang berasal dari era Uni Soviet.
Angkatan udara Iran juga sudah mulai membangun jet sendiri, seperti Saeqeh dan Kowsar yang mengikuti desain AS. Kendati begitu, ada anggapan bahwa jet-jet ini masih tak bisa melawan jet tempur top F-35 yang dipakai Israel dalam jumlah besar.
Pengiriman dua lusin jet tempur Su-35 buatan Rusia saat ini bisa secara signifikan merevitalisasi angkatan udara Iran. Tetapi, itu tak akan betul-betul menghilangkan kebutuhan Iran akan pertahanan udara yang kuat.
Lanjut ke halaman berikutnya…