Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) dan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menjalin kerjasama pendanaan mikro dalam perhutanan sosial di sejumlah daerah seperti di Bali dan Trenggalek, Jawa Timur.
Program ini bertujuan untuk memperkuat sektor perhutanan sosial dan sistem agroforestri di beberapa wilayah yurisdiksi dengan menyediakan akses pendanaan mikro, meningkatkan kapasitas, serta literasi keuangan digital bagi pelaku usaha dan petani lokal.
Ruang lingkup kerja sama ini mencakup penyusunan rencana kerja pendanaan mikro dengan melibatkan pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, LSM, pelaku usaha dan komunitas lokal guna menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan usaha mikro perhutanan sosial.
Untuk memastikan program berjalan efektif dan berkelanjutan, peserta program juga dibekali pelatihan peningkatan kapasitas diri dalam praktik usaha lestari berbasis perhutanan sosial serta literasi keuangan digital untuk membantu mereka dalam mengelola pendanaan dan memperluas usaha dengan memanfaatkan teknologi keuangan.
Kesepakatan kerjasama kedua pihak dituangkan dalam penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) di acara Indonesia International Sustainability Forum 2024 (IISF 2024) di Jakarta baru-baru ini.
“Program ini akan membawa dampak yang berkelanjutan bagi masyarakat, seperti yang sedang kami kerjakan di Bali Barat dan rencana di Trenggalek, yang merupakan bagian dari daerah cakupan kerja sama kami, sehingga mendukung pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan dan inklusif,” kata Aria Widyanto, Chief Risk & Sustainability Officer Amartha dikutip Minggu, 8 September 2024.
Dia mengatakan, kerja sama Amartha dengan KEM merupakan langkah strategis untuk memperluas akses pembiayaan produktif, mendorong, serta memperkuat sektor perhutanan sosial di Indonesia.
Gita Syahrani selaku Ketua Dewan Pengurus KEM mengatakan, IISF menggandeng KEM pada kegiatan Roundtable Discussion yang membahas pengembangan narasi seputar ekonomi restoratif dari usaha kehutanan, bekerja sama dengan Kadin Indonesia.
Kedua pihak juga bekerja sama di side event Warung Nusantara (Warnus) yang mempromosikan nuansa lokal Indonesia dengan pendekatan ramah lingkungan.
Di Warung Nusantara KEM meluncurkan kolaborasi-kolaborasi dengan mitra-mitranya, termasuk Amartha, mengenai pendekatan rantai nilai dan agroforestry sebagai pilar dari implementasi bioekonomi.
Budidaya Kakao Berkelanjutan
Sejumlah kegiatan diskusi di IISF 2024 menekankan pentingnya rantai nilai kakao yang keberlanjutan.
Sebagai produsen kakao terbesar ketiga di dunia, Indonesia menghasilkan hingga 700.000 ton kakao setiap tahunnya, namun hampir 85 persen dari produksinya diekspor dalam bentuk biji mentah, yang membatasi nilai ekspor di pasar global.
Dengan mendorong hilirisasi yang mencakup pemrosesan biji kakao menjadi produk bernilai tambah tinggi seperti bubuk kakao, mentega, dan cokelat, Indonesia berpotensi meningkatkan nilai ekspor kakao hingga 3 miliar dolar AS per tahun.
Saat ini 90 persen produksi kakao di Indonesia dikelola oleh petani kecil dengan sistem agroforestri, yang tidak hanya menyerap karbon dan meningkatkan keanekaragaman hayati, tetapi juga memperkuat ketahanan petani terhadap perubahan iklim.
Dalam mewujudkan pertanian rendah karbon, perhutanan sosial menjadi model yang efektif, terutama jika diadopsi oleh para pelaku dalam rantai nilai kakao.
“Bioekonomi menawarkan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan nilai ekonomi dari sumber daya alam kita sekaligus melindungi kekayaan hayati.\”
\”Dengan memanfaatkan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya, kita bisa menciptakan model bisnis yang inklusif dan berkelanjutan. Inisiatif ini bukan hanya mengejar keuntungan ekonomi, tetapi juga menciptakan harmoni antara manusia dan alam,\” kata Media Wahyudi, ekonom Celios.