Membacakan cerita dongeng kepada anak sebelum tidur merupakan cara seru untuk anak belajar sambil berimajinasi. Sebab, dongeng dapat membantu anak mempelajari nilai-nilai penting dengan cara yang menyenangkan.
Berikut sejumlah contoh cerita dongeng sebelum tidur yang memiliki kisah mendidik. Tidak hanya mengasah imajinasi dan kreativitas, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kebaikan pada anak.Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contoh Cerita FantasiDengan membacakan dongeng-dongeng Nusantara ini, anak-anak bisa tidur nyenyak sambil membawa pesan positif dalam mimpi mereka.
Dirangkum dari buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler dan berbagai sumber lainnya, berikut beberapa contoh cerita dongeng sebelum tidur berikut yang menyenangkan dan bisa memberikan pesan positif bagi anak.ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}1. \”Si Tikus\” (Bali)
Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Pulau Bali. Kerajaan itu bernama Kerajaan Soma Kencana. Kerajaan ini dipimpin oleh Raja Suliawana.
Baginda Raja membawa rakyatnya dalam kemakmuran. Suasana tenteram ini terusik, ketika dikabarkan seekor burung garuda merusak tanaman. Burung Garuda itu juga memburu sapi dan babi yang ada di sana.
Bahkan Garuda ini sungguh berbahaya, karena juga membunuh anak-anak penggembala. Rakyat melaporkan kejadian ini pada Baginda Raja, termasuk kerusakan yang dibuat.
Kemudian Baginda Raja bermusyawarah dengan semua Patih dan Punggawa mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini. Dengan peralatan yang ada, seperti jerat, jaring, atau getah tidak mungkin dapat menangkap apalagi membunuh Garuda si pembuat onar.
Akhirnya diputuskan, siapa saja yang mampu menyingkirkan burung Garuda raksasa, ia akan diberi jabatan penting di istana Raja. Dalam sekejap, pengumuman itu tersiar ke mana-mana. Orang-orang ramai membicarakannya. Tikus pun mendengarnya.
Bersama kawan-kawannya, ia berunding untuk menolong raja dan rakyatnya. Kebetulan, Tikus dan burung Garuda sudah kenal sebelumnya. Ia sudah menemukan cara untuk melumpuhkannya. Suatu hari Garuda menemui si Tikus.
Ia berkata, \”Hai Tikus, temanku, aku minta tolong. Carikan kutu di kepalaku. Aku susah tidur, karena gatal di kepalaku ini tak terkatakan.\” Lalu, si Tikus berkata, \”Begini saja, pekerjaan mencari kutu itu soal gampang. Tapi aku sendirian tak mampu mencari seluruh kutu, karena bulumu banyak. Kalau begitu, aku akan mengajak teman-temanku agar kutumu habis tidak tersisa,\” demikian tipu muslihat si Tikus.
\”Usulmu bagus sekali. Baiklah, cari temanmu dan bawa ke sini.\” Kemudian Tikus itu pergi. Sebentar saja, si Tikus menghimbau teman-temannya. Ribuan tikus sudah berkumpul. Sungguh pemandangan yang menyeramkan, beribu-ribu tikus mencari kutu di sekujur tubuh burung Garuda.
Dengan posisi jongkok, burung Garuda memejamkan mata sampai terkantuk-kantuk. Tanpa disadari, tikus-tikus itu menggerogoti bulu-bulu Garuda, khususnya bulu di bagian sayap. Sehelai demi sehelai hingga semua bulu terlucuti dari tubuh dan kepala burung Garuda.
Akhirnya, Garuda sadar bahwa ia tidak tak berbulu lagi. Ia sungguh marah, tetapi tak berdaya. Saat itu juga Tikus melapor kepada Kelian Banjar. Tidak lama kemudian, kentongan dipukul bertalu-talu sebagai tanda bahaya.
Anggota Banjar bersenjatakan bokat, tongkat, dan lain-lain berlari ke arah burung Garuda. Akhirnya, Garuda itu mati mengenaskan. Kelian Banjar melaporkan kepada Baginda, bahwa Garuda berhasil disingkirkan untuk selama-lamanya.
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari upaya si Tikus melucuti burung Garuda. Akhirnya si Tikus diberi kedudukan pemekel, dengan sebutan \”Jero Ketut\” di adat Bali. Oleh sebab itu, bila ada tikus dibinasakan, karena merusak padi dan palawija, harus dilaksanakan upacara pengabenan tikus.
Pesan moral dari kisah ini adalah Garuda, yang awalnya merusak tanaman dan membahayakan masyarakat, akhirnya mengalami nasib yang layak. Ini menggambarkan konsep karma atau bahwa tindakan kita akan memiliki konsekuensi yang sesuai.
Pesan ini mengajarkan bahwa tindakan yang baik akan dihargai, sedangkan tindakan yang buruk akan mendapatkan konsekuensi yang sesuai.
2. \”Batu di Tepi Danau Laut Tawar\” (Aceh)
Alkisah hiduplah sepasang suami istri dengan anak perempuannya yang cantik jelita di Aceh. Selain cantik, ia juga rajin dan sangat menyayangi keluarga. Seorang pemuda tampan ingin meminang gadis itu. Ia berasal dari keluarga terhormat dan kaya raya di negeri seberang.
Si gadis menerima pinangan si pemuda setelah keluarganya memberi restu. Pesta pernikahan pun dilangsungkan dengan amat meriah. Setelah beberapa hari, pemuda itu hendak pulang ke kampung halaman. Ia mengajak istrinya. Hati sang istri amat berat meninggalkan keluarga dan desanya.
Namun, ia harus mengikuti ajakan suami sebagai tanda bakti dan kesetiaan kepada suaminya. \”Anakku, tinggallah di negeri suamimu,\” pesan sang ayah. \”Ingatlah, selama dalam perjalanan, jangan menoleh ke belakang. Jika melakukannya, kau akan menjadi batu!\”
Si gadis dan suaminya pun meninggalkan desa. Mereka memulai perjalanan jauh menuju negeri di seberang lautan. Hingga tibalah mereka di Danau Laut Tawar. Mereka menaiki sebuah sampan dan menyeberangi danau itu.
Saat sampan mengarungi danau, si gadis mendengar suara ibunya, Suara itu terus memanggil-manggil namanya. Kejadian itu berlangsung lama. Akhirnya si gadis memilih untuk menoleh. Petaka pun seketika terjadi.
Sesaat setelah si gadis menolehkan wajahnya ke belakang, seluruh tubuhnya berubah menjadi batu. Betapa sedih hati sang suami. Karena terlalu cinta, sang suami ingin selalu bersama istrinya. Ia lantas memohon kepada Tuhan agar dirinya berubah menjadi batu. Selesai memohon, tubuh si pemuda berubah menjadi batu. Sepasang batu itu berada di tepi Danau Laut Air Tawar.
Pesan moral dari kisah ini adalah kita harus mematuhi nasihat orang tua dan jangan sampai kita mengingkari janji.Apa Itu Cerita Sejarah, Struktur, Ciri-Ciri, dan Contoh3. \”Timun Mas\” (Jawa Tengah)
Pada zaman dahulu, di daerah Jawa Tengah hiduplah seorang janda. Suaminya sudah lama meninggal. Ia menginginkan seorang anak. Suatu ketika, Raksasa memberinya biji mentimun. Mentimun itu tumbuh dengan cepat dan langsung berbuah.
Warnanya emas. Ketika dibelah, di dalamnya terdapat bayi perempuan yang sangat mungil. \”Saat ia berusia 17 tahun, kau harus menyerahkannya kepadaku.\” ucap Raksasa. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik, Ibunya sangat sayang dan bangga.
Namun, perempuan itu sangat ketakutan dan sedih. Kini Timun Mas telah berusia 17 tahun. Tidak lama lagi ia harus menyerahkan Timun Mas kepada Raksasa. Raksasa datang untuk menagih janji. Timun Mas dan Ibunya sedih karena harus berpisah.
Tiba-tiba datanglah tujuh bidadari. Mereka memberikan tiga kantong kecil berisi garam, cabai, dan biji mentimun. \”Ini akan menolongmu melawan si Raksasa,\” kata salah satu bidadari. \”Sekarang berlarilah secepat mungkin.\”
Timun Mas segera berlari ke hutan. Raksasa itu hampir berhasil mengejarnya. Jarak mereka semakin dekat saja. Timun Mas segera menaburkan biji mentimun, lalu, terbentanglah kebun mentimun yang berbuah lebat. Raksasa berhenti untuk makan hingga kekenyangan.
Saat tersadar, kembali ia mengejar Timun Mas. Saat jarak Raksasa semakin dekat, Timun Mas menaburkan kantong kedua. Lalu, terbentanglah pepohonan yang berduri. Sang Raksasa kesulitan mengejar buruannya, Timun Mas.
Setelah berhasil keluar, Raksasa kembali mengejar Timun Mas. Saat jarak mereka hanya beberapa langkah, Timun Mas menaburkan kantong terakhirnya. Saat itu juga, terbentanglah lautan yang luas.
Raksasa itu tenggelam ditelan air laut. Timun Mas pun selamat. Ia kembali ke rumah dan hidup bahagia bersama ibunya. Pesan moral dari kisah ini adalah jangan putus asa saat menghadapi masalah, tetaplah berdoa dan berusaha.
4. \”Ki Pande Gelang dan Putri Arum\” (Banten)
Putri Arum adalah seorang putri yang cantik. Ia juga memiliki budi pekerti yang baik. Kecantikan Putri Arum telah memikat hati Pangeran Cunihin. Putri Arum tidak menyukai Pangeran Cunihin yang sombong. Namun, ia tidak bisa menolak pinangan sang Pangeran.
Putri Arum khawatir Pangeran Cunihin akan murka. Ia pun amat sedih dan bingung. Pada suatu hari, Putri Arum berjumpa dengan Ki Pande yang baik hati. Ki Pande adalah lelaki pembuat gelang yang tinggal di kampung tersebut.
Putri Arum bercerita tentang kesedihannya. Ki Pande pun bersedia membantu sang Putri untuk menggagalkan pinangan. Putri Arum mengajukan syarat, \”Kau harus melubangi batu yang besar. Aku ingin melihat keindahan laut dari lubang batu itu,\” pinta Putri Arum.
Pangeran Cunihin dengan sombongnya menyanggupi syarat itu. Waktu yang diberikan Putri Arum adalah tiga hari. Namun, sebelum waktunya tiba, Pangeran Cunihin sudah menyelesaikan tugasnya.
Putri Arum menjadi takut jika harus menerima pinangan sang Pangeran. Putri Arum mendatangi lubang batu. \”Aku tidak dapat melihat lubang itu,\” kata Putri Arum. Pangeran Cunihin menjadi bingung. Ia mencoba menunjukkan dan masuk ke lubang batu tersebut. Keajaiban terjadi.
Pangeran Cunihin berubah menjadi seorang lelaki tua, sementara Ki Pande menjadi muda dan tampan. Ternyata Pangeran Cunihin dan Ki Pande adalah saudara seperguruan. Pangeran Cunihin telah mencuri ilmu kesaktian Ki Pande.
Ia juga mengutuk Ki Pande menjadi lelaki tua. Kutukan itu akan hilang jika Pangeran Cunihin masuk ke lubang batu yang dilapisi gelang buatan Ki Pande.
Akhirnya Ki Pande dipanggil dengan sebutan Ki Pande Gelang. Ia menikahi Putri Arum. Mereka hidup bahagia di sebuah desa tempat Ki Pande membuat gelang. Masyarakat menyebut tempat itu dengan nama Pandeglang.
Pesan moral dari kisah ini adalah sifat iri hati dan sombong akan menghancurkan diri sendiri.
5. \”Purbasari dan Lutung Kasarung\” (Jawa Barat)
Purbararang dan Purbasari adalah kakak beradik. Mereka putri seorang raja di Tanah Pasundan. Pada saat mendekati akhir hayatnya, sang Raja menunjuk Purbasari sebagai penggantinya. Purbararang tidak setuju adiknya menggantikan ayah mereka.
Ia pun meminta bantuan seorang nenek sihir. Nenek sihir itu memantrai Purbasari. Seluruh kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam penuh radang, hal itu membuat Purbararang memiliki alasan untuk mengusir adiknya. Lalu Purbasari diasingkan ke hutan.
Namun, selama di hutan Purbasari tidak bersedih. Ia mempunyai banyak teman baru. Hewan-hewan di sana selalu baik kepadanya. Di antara hewan tersebut, ada seekor kera berbulu hitam. Purbasari memanggilnya Lutung Kasarung, Kera tersebut sangat perhatian.
Ia selalu berusaha menyenangkan Purbasari dengan memberikan buah-buahan dan bunga. Ketika purnama datang, Lutung Kasarung bersemadi di tempat tersembunyi.
Muncullah mata air di sekitar situ. Genangan air membentuk telaga yang jernih. \”Berendamlah di telaga ini, Purbasari,\” ucap Lutung Kasarung. Purbasari lalu berendam di telaga tersebut. Keajaiban pun terjadi, kulit Purbasari menjadi bersih. Kecantikannya kembali seperti semula.
Suatu hari, Purbararang menjenguk adiknya. Ia melihat Purbasari sudah sembuh tetapi Purbararang tidak mau adiknya kembali ke istana.
Ia tak ingin menanggung malu, Maka, ia pun mengajak Purbasari adu panjang rambut. Siapa yang paling panjang dialah pemenangnya. Yang lebih panjang, boleh kembali ke istana. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
Purbararang tak mau menyerah. \”Ayo kita beradu ketampanan tunangan masing-masing!\” kata Purbararang. Purbasari tentu saja bingung karena ia tidak memiliki tunangan. Akan tetapi, Purbararang terus saja mendesak.
Purbasari lalu menarik tangan si Lutung. Purbararang pun mengejek adiknya yang memiliki tunangan seekor monyet. Lutung Kasarung tak ingin Purbasari bersedih. Ia segera bersemadi. Keajaiban pun kembali terjadi lagi.
Lutung Kasarung berubah menjadi pemuda gagah. Purbararang mengakui tunangan adiknya lebih tampan. Maka, ia memohon agar tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan kakaknya. Mereka pun kembali ke istana dan Purbasari menjadi ratu.
Jadi, pesan moral utama dari kisah ini adalah tentang kebaikan hati, kesetiaan, kesabaran, keadilan, dan kekuatan pengampunan.7 Contoh Cerita Rakyat Indonesia dari Berbagai Daerah6. \”Sangkuriang\” (Jawa Barat)
Dayang Sumbi adalah seorang putri raja. Ia berparas cantik dan berhati mulia, Banyak Pangeran yang ingin meminangnya. Hal tersebut menyebabkan peperangan antar-kerajaan. Dayang Sumbi lelah. Ia pamit untuk mengasingkan diri di hutan.
Tidak ada yang menemaninya, selain anjing jantan bernama si Tumang. Untuk mengisi hari-harinya, Dayang SUmbi menenun kain. Suatu hari, alat tenunnya terjatuh. Dayang Sumbi malas untuk mengambilnya.
Tanpa pikir panjang, ia bersumpah, \”Siapa pun yang bisa mengambilkan alat tenunku, jika perempuan, akan kujadikan saudara, dan jika laki-laki, akan kujadikan suami.\” Si Tumang, yang sebenarnya titisan dewa, mendengar sumpah itu.
Ia memungut alat tenun itu dari lembah bukit. Dayang Sumbi tetap menepati janjinya. Ia menikah dengan Tumang. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang. Akan tetapi, Sangkuriang tidak pernah mengenal siapa ayahnya.
Ketika usianya menjelang lima tahun, Sangkuriang sudah mahir berburu. Ia menggunakan tombak dan panah untuk membunuh buruannya. Pagi itu, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang berburu kijang. Ia menginginkan hati kijang.
Berangkatlah Sangkuriang ditemani si Tumang. Namun, setelah seharian berburu, Sangkuriang tak mendapat seekor pun kijang. Ia juga kesal karena si Tumang tak banyak membantu. Sangkuriang marah, lalu memanah anjing itu hingga mati.
Sangkuriang mengambil hati si Tumang dan membawanya pulang. Dayang Sumbi tidak percaya hati yang diberikan Sangkuriang adalah hati kijang. Akhirnya Sangkuriang mengakui perbuatannya. Betapa marahnya Dayang Sumbi setelah mengetahuinya.
Tanpa sadar, ia memukulkan sendok nasi ke kepala anaknya dan meninggalkan luka. Sangkuriang kesal, lalu pergi dari rumah. Dayang Sumbi menyesali perbuatannya. Ia pun mengasingkan diri di tempat yang jauh.
Ia hidup dengan memakan dedaunan sehingga memiliki kecantikan abadi. Sangkuriang menjadi pemuda yang tampan dan gagah. Ia mendapatkan nama Sangkalalana dari gurunya. Suatu waktu, ia sampai di suatu tempat dan bertemu Dayang Sumbi.
Tentu saja mereka tidak saling mengenal. Mereka pun saling jatuh cinta dan sepakat untuk menikah. Sangkalalana hendak berburu. Ketika mengikatkan kain di kepalanya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang sama dengan bekas anaknya. Dayang Sumbi sangat terkejut.
\”Kau anak kandungku!\” seru Dayang Sumbi. Sangkalalana tidak percaya. Ia beranggapan Dayang Sumbi sengaja menghindarinya. Dayang Sumbi segera mencari akal untuk menggagalkan pernikahan.
\”Bendunglah Sungai Citarum dan buatkan perahu kayu. Keduanya harus selesai sebelum fajar,\” ucap Dayang Sumbi. Sangkalalana menyanggupinya. Dengan bantuan para jin, Sangkalalana bekerja keras membendung Sungai Citarum.
Ketika fajar belum menyingsing, ia hampir menyelesaikan tugasnya. Dayang Sumbi panik. Ia tak kehilangan akal dan langsung menggelar sutra merah di sebelah timur. Ia juga meminta perempuan desa menumbuk padi.
Ayam jago pun berkokok karena mengira fajar telah tiba. Para jin yang membantu ketakutan dan segera menyudahi pekerjaan mereka. Sangkalalana sangat kesal dan marah. Ia menjebol tanggul yang hampir selesai dibuat.
Akibatnya terjadilah banjir yang melanda seluruh desa. Sampan yang sudah jadi pun ia tendang. Perahu itu terlempar jauh ke arah utara dengan posisi tertelungkup. Lama-kelamaan, perahu besar itu berubah menjadi sebuah gunung.
Masyarakat sekitar menamainya dengan Gunung Tangkuban Parahu atau perahu yang menelungkup. Pesan moral dari kisah ini adalah berhati-hatilah dalam mengucapkan sumpah atau janji. Sumpah harus ditepati.
Demikian contoh cerita dongeng sebelum tidur untuk anak-anak. Semoga bermanfaat.

By admin