Kementerian ESDM blak-blakan soal program hilirisasi tambang yang dilakukan oleh pemerintah saat ini.
Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Sunindyo Suryo Herdadi mengatakan bahwa sejatinya program hilirisasi itu bukan kebijakan baru yang ujug-ujug dilakukan pemerintah dalam waktu satu atau dua tahun belakangan ini.
Kebijakan hiliriasi tambang katanya sudah dilakukan sejak terbitnya UU 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
\”Sejak UU Nomor 4 Tahun 2009 kita sudah melihat, Indoensia sudah sadar bahwa ini saatnya shifting dalam mengelola sumber daya alam dari yang tadinya mengekspor biji nikel menggesernya ke pengolahan, sehingga ketika 2009 kita inisiasi (hilirisasi ini),\” katanya dalam Indonesia Green Energy Leadership Forum bertema \’Hilirisasi Indonesia\’, Kamis (8/3) kemarin.Erick Thohir Buka Wacana Pegawai BUMN Bisa Libur Tiga Hari SepekanADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Setelah inisiasi itu, 5 tahun kemudian pemerintah melakukan evaluasi atau rencana hiliriasi itu. Dari evaluasi itulah katanya, pemerintah katanya membuat Peta Jalan Hilirisasi.
Dalam peta jalan itu, terdapat 47 mineral kritis yang dimasukkan pemerintah dalam rencana hiliriasi. Mineral itu dipilih karena punya peran strategis.
\”Disebut kritikal mineral karena demand mineral dibutuhkan secara global,\” katanya.
Selain membuat peta jalan, pemerintah katanya juga mulai membina perusahaan tambang supaya kegiatan mereka berwawasan lingkungan. Pihaknya juga menegakkan dan meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan penambangan.
Pemerintah katanya, juga memberikan insentif kepada perusahaan yang mau masuk dan terlibat dalam program hilirisasi.
Ia mengatakan hilirisasi yang dilakukan oleh Indonesia dalam beberapa tahun ini sudah memberikan hasil menggembirakan. Hasil paling tidak bisa dilihat dari peningkatan nilai tambah produk tambang.
\”Yang bisa kita olah nilai tambahnya meningkat. Kita sudah melihat bagaimana pertumbuhan industri hilir salah satunya nikel. Pada 10 tahun lalu kita ekspor hanya untuk dapat penerimaan negara. Sekarang nilainya bisa kita tingkatkan 14 kali lipat setelah diciptakan nilai tambah,\” katanya.
Ia mengatakan karena manfaat besar itu, beberapa investor tertarik membangun pabrik hilirisasi nikel.