Pengusaha ritel mengungkap efek domino bantuan sosial (bansos) atau bantuan pangan terhadap kelangkaan beras di toko ritel modern.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan ada tiga jenis beras yang selama ini tersedia di ritel modern. Pertama, beras komersial swasta yang sekarang stoknya menipis.
Kedua, beras komersial Bulog. Ini adalah beras yang diserap Perum Bulog dari para petani, yang di mana sekarang tengah mengalami kemunduran masa panen.
Ketiga, beras medium alias Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Ini adalah beras yang dipasok dari Bulog ke pasar, termasuk toko-toko ritel.Pernyataan Lengkap Basuki soal Isu Mundur dari Kabinet JokowiADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}
\”(Suplai) SPHP lancar, tetapi kemarin kan ada prioritas bansos (bantuan pangan). Jadi, kan beras SPHP (dari beras) impor, impornya belum masuk, tapi pemerintah harus tetap memberikan (bantuan pangan kepada) 22 juta masyarakat marjinal itu yang 10 kg. Selama Januari kemarin sudah terkirim hampir 850 ribu ton, jadi kondisinya utamakan itu (bantuan pangan) harus jalan dong,\” ucap Roy di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, Senin (12/2).
\”Kemarin kita memang sudah dapat SPHP, tetapi ada proses di mana beras impor belum datang, sehingga diutamakan juga dong yang lain. Jadi, kita ini harus agak kurang-kurang sedikit lah, toh masih ada premiumnya. Tapi begitu premium swasta naik (harga), kebingungan juga kan, mau enggak mau SPHP mesti dinaikkan (pasokan) lagi ke ritel,\” sambungnya.
Roy menyebut peritel memang harus rela berbagi dengan bansos. Terlebih, ia memahami tiga fungsi Perum Bulog, yakni menyerap beras dari panen petani, mengimpor, dan operasi pasar termasuk bansos atau bantuan pangan.
Kini, Aprindo meminta jaminan dari Bulog untuk kelancaran suplai beras SPHP ke ritel-ritel modern. Harapannya, ini akan mengatasi kelangkaan beras di toko ritel.Menghitung Uang Makan Gratis Ala Prabowo, Sehari Rp13 Ribu per Orang\”Memang itu kita minta jaminan SPHP medium supaya tersedia di semua ritel, supaya masyarakat berbelanja terpenuhi. Jadi, gak ada istilah langka lagi. Selama ini kan kita minta sekian hanya dikasih sekian, jadi sekarang kita minta jaminan berapa yang kita minta tolong dikasih, jangan ditahan,\” tuturnya.
\”Tentu dalam proses ini mereka harus packing (dalam bentuk 5 kg), kan Bulog juga packing-nya terbatas. Makanya, perlu ada kerja sama dengan packers swasta. Jadi, beras SPHP karungan mau dikirim ke swasta, swasta packing, tadi sih dibilang akhir minggu ini. Kita minta karena Rabu libur (Pemilu 2024), ya Kamis (15/2) sudah mulai kelihatan. Jangan tunggu Jumat-Sabtu lagi karena ini urgent, jangan sampai panic buying,\” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menanggapi isu beras habis dalam bantuan pangan. Kabar yang beredar stok beras untuk bantuan pangan habis sehingga penerima bantuan mendapatkan uang tunai Rp400 ribu.
Arief menekankan ada perbedaan bantuan pangan dan bantuan sosial. Menurutnya, bantuan pangan dalam bentuk beras 10 kg harus diterima masyarakat dalam bentuk non-tunai.
\”Enggaklah (stok beras bantuan pangan habis). Coba bayangkan, kemarin pas kita masif melakukan bantuan pangan dibilangnya politisasi. Sekarang kami setop karena menghormati proses pemilu dibilangnya berasnya habis. Enggaklah, beras di Bulog ada 1,2 juta ton-1,3 juta ton,\” bantah Arief saat mengecek beras SPHP di Ramayana Klender, Jakarta Timur.
\”Namanya bukan bantuan pangan dong (kalau diberikan dalam bentuk tunai). Begini, ada bantuan pangan ya bantuan pangan non-tunai, harusnya non-tunai, jangan tunai dong. Maksud saya, kita luruskan nih, bantuan pangan beras ya sampainya beras, masa dibilang (habis),\” imbuhnya.
Ia menyebut bantuan pangan disetop pada 8 Februari-14 Februari 2024 demi menghormati Pemilu dan menghindari tudingan politisasi.
\”Saya sampaikan ke Pak Presiden (Jokowi), kita dapat apresiasi. Tapi impaknya (bantuan pangan disetop sementara) masyarakat, kita harus minta maaf ada saudara kita yang sekarang perlu beras nih, itu sementara tunda dulu sampai 14 Februari. Nanti 15 Februari 2024 kita mulai lagi. Jadi jangan dibilang gitu lah (politisasi bantuan pangan), sedihlah kita kerja benar,\” tutup Arief.Misteri Langka Beras di Ritel Versi Bulog: 1 Ton Habis Setengah Jam