Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengungkap kiatnya untuk menarik minat anak muda menjadi petani jika ia menang dalam Pilpres 2024.
Kiat ia lontarkan untuk menjawab pertanyaan dari salah satu pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin).
Ia mengatakan menarik minat anak muda bisa dilakukan salah satunya dengan menerapkan modernisasi pertanian. Hal itu bisa dilakukan dengan mengajak anak muda dan melatih mereka hingga mencapai sumber daya manusia (SDM) yang baik.
Ganjar mengatakan praktik ini sebenarnya sudah terjadi. Selain modernisasi, ia mengatakan akan menggelontorkan insentif.JK Cerita Tanah Prabowo yang Diusik Anies, Dulu Milik Bob HasanADVERTISEMENT Ia mengatakan pernah bertanya ke beberapa anak muda soal keinginan menjadi petani. Jawaban mereka beragam.
\”Satu, ideologis. \’Kami akan melakukan karena kami akan tahan dan daulat.\’ Tapi yang lain, \’Pak, enggak menjanjikan, lebih baik jadi pegawai di Kadin\’, gitu. Enggak mau dia,\” ujar Ganjar dalam Dialog Capres Bersama Kadin: Menuju Indonesia Emas 2045, di Jakarta, Kamis (11/1).
Maka itu, menurut Ganjar, anak-anak muda harus diberikan insentif berupa pelatihan dan teknologi yang memudahkan mereka.
\”Maka insentif mesti diberikan. Dengan cara itu anak muda, saya tanya \’Kenapa Anda enggak mau ke sawah? Kenapa enggak mau peternak?\’, \’Bau kotor\’ tapi ketika saya menemukan anak-anak muda yang ideologi, \’Pak kasih kami pelatihan dan teknologi pak, mudahkan,\” ujarnya lebih lanjut.
\”Ada akademisi, ada businessman, ada government. Kalau kemudian ini bisa kita wujudkan, dapat pak,\” sambungnya.
Dalam 10 tahun terakhir, jumlah penduduk Indonesia bertambah 25,5 juta jiwa. Sedangkan jumlah petani berkurang 1,7 juta jiwa. Jumlah petani akan terus berkurang karena 32 persen petani berusia di atas 60 tahun.
Sedangkan anak-anak muda kurang berminat menjadi petani baru. Ekosistem pertanian juga belum baik. Sebanyak 59 persen petani menggarap lahan di bawah 0,5 hektare.
Sehingga sulit mendapatkan bibit, pupuk, dan teknologi karena kecilnya skala usaha. Di sisi lain, nilai tukar petani semakin menurun akibat rendahnya produktivitas dan masih rendahnya teknologi.