PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) terus berkomitmen untuk mendukung pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Salah satu bentuk dukungan BRI adalah melalui Program Klasterkuhidupku, yakni program pemberdayaan UMKM berbasis klaster.
Melalui program ini, BRI memberikan berbagai fasilitas dan bantuan kepada klaster UMKM, mulai dari permodalan, bimbingan, pemasaran, hingga peningkatan kapasitas dan kualitas produk.
Salah satu klaster UMKM yang mendapatkan manfaat dari Program Klasterkuhidupku adalah Klaster Telur Asin Sabiq Bejo yang berada di Desa Cluring, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Klaster ini dipimpin oleh seorang perempuan asal Lamongan, Ainur Rohmatin, yang telah memulai usaha telur asin sejak 2009. Dia bercerita bahwa nama Sabiq sendiri berarti bulan, sementara nama klaster usaha Sabiq Bejo dipilih dengan harapan selalu diberkahi keberuntungan.
Ia mengaku terinspirasi untuk beternak bebek dan mengolah telurnya menjadi telur asin karena kondisi ekonomi keluarganya yang sedang sulit saat itu.ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}

\”Usaha telur asin ini dimulai sejak 2009. Kondisi perekonomian keluarga saya saat itu sedang minus, karena ada utang. Lalu, saya memutar otak untuk mencari cara agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Muncullah ide beternak bebek,\” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (14/2).
Ain mengungkapkan bahwa dari 25 ekor bebek yang dimilikinya, 23 ekor di antaranya mampu menghasilkan telur. Namun, harga jual telur bebek terbilang murah, sehingga ia pun mencari cara untuk meningkatkan harganya.
\”Saya mencari cara untuk meningkatkan harganya dengan menjadikan telur asin matang, harga jualnya pun jadi meningkat,\” ungkap Ibu Ain.
Menurutnya, proses pembuatan telur asin tidak susah, karena hanya butuh garam dan bata merah untuk mengubah telur bebek menjadi telur asin.
Berbeda dengan telur asin Brebes yang diproses selama 14 hari, Telur Asin Sabiq hanya diproses selama 10 hari, sehingga rasa asinnya tidak berlebihan dan enak dimakan berulang kali.
Ain menjelaskan bahwa pada awal merintis usahanya, dirinya hanya memiliki modal Rp70.000. Meskipun demikian, produknya berhasil diterima pasar.
Produksi telur asin pun meningkat dari 20 butir per minggu menjadi 50 hingga 100 butir per minggu. Pada 2015, klaster usaha yang dipimpinnya berhasil memproduksi 1.500 hingga 2.000 butir telur asin per minggu.
\”Selain telur asin biasa, kami juga memproduksi telur asin asap. Pada 2019, kami mampu memproduksi 4.000 hingga 5.000 butir per minggu,\” imbuhnya.
Layaknya usaha lain yang terdampak pandemi Covid-19, Klaster Usaha Telur Asin Sabiq juga sempat goyah pada 2020. Adanya pembatasan kegiatan kala itu membuat distribusi telur dari para pengrajin telur asin ke penjual menjadi terhambat.
Baik agen dan reseller kesulitan memasarkan produk telur asin selama pandemi. Menyikapi hal tersebut, Ain bersama para perajin lain kembali memutar otak hingga akhirnya terpikirkan untuk membuat menu turunan berbahan telur asin.
Ain menjelaskan bahwa pada 2020, usaha mereka tidak hanya mampu bertahan di tengah pandemi, tetapi justru dapat berkembang dengan menciptakan berbagai produk baru yang berbahan dasar telur asin, seperti abon, sambal, dan kerupuk.
\”Dampak baiknya, pada September 2020, kami mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jawa Timur sebagai UMKM berprestasi. Tak sampai di situ, pada Desember 2020, kami juga dinobatkan sebagai UMKM yang survive di masa pandemi,\” jelas dia.
Klasterkuhidupku BRI
Ain dan rekan-rekan perajin telur asin lainnya telah menjalin kerja sama dengan BRI sebagai mitra usaha mereka sejak lama. Sebelumnya, mereka memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI untuk mengembangkan usaha telur asin mereka.
Pada awal 2023, tim BRI Lamongan mengenalkan Program Klasterkuhidupku. Ia pun tidak ragu untuk mendaftarkan Klaster Telur Asin Sabiq Bejo ke program ini.
Alhasil, melalui Program Klasterkuhidupku mereka mendapatkan dukungan penuh dari BRI melalui berbagai program yang ditawarkan.
\”Kami pernah mendapatkan beberapa bantuan dari BRI, seperti meja stainless, kompor gas, mesin oven, dan mesin penggiling. Kami juga difasilitasi memasarkan produk usaha binaan dan klaster lewat marketplace Localoka yang telah bekerja sama dengan BRI\”, sambungnya.
Ketua klaster usaha yang kini memiliki 20 anggota aktif itu juga mengungkapkan bahwa usaha telur asin semakin meningkat setelah dipasarkan di Localoka. Selain bisa memasarkan produk lebih luas, bergabung di Localoka diakuinya tidak membebani UMKM.
Setelah itu, Ain kemudian mendaftarkan diri sebagai AgenBRILink. Hal ini diakuinya membuat perputaran uang usaha Klaster Telur Asin Sabiq Bejo lebih lancar.
Tidak hanya transaksi dan bisnis dari supplier hingga ke reseller bisa dilakukan dengan lebih mudah, anggota Klaster Telur Asin Sabiq Bejo juga bisa mendapatkan akses modal usaha lewat Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) yang difasilitasi BRI.
Berkat perjuangan panjang yang telah dilakukan bersama Klaster Telur Sabiq Bejo, Ain pun dinobatkan sebagai Top 5 Local Hero di Merry Riana Entrepreneur of the Year Award pada Agustus 2023 lalu.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, mengungkapkan bahwa program Klaster Usaha Klasterkuhidupku menjadi wadah bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnisnya. Menurutnya, lewat berbagai kegiatan pendampingan tersebut, pelaku UMKM bisa mendapatkan kesempatan mengembangkan produknya.
\”Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya berupa modal usaha, tapi juga melalui pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya sehingga UMKM dapat terus tumbuh dan semakin tangguh,\” pungkas Supari.

By admin