Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti memberikan gambaran nasib ekonomi RI jika Prabowo Subianto terpilih menjadi presiden mulai akhir tahun ini.
Esther menuturkan Prabowo masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk menata ekonomi di Tanah Air. Menurut Esther, keberhasilan mengelola ekonomi bukan hanya sekadar memenuhi target pertumbuhan ekonomi yang diwacanakan bisa tembus 8 persen.
Selain itu, ia mengatakan Prabowo juga mustahil bisa menekan angka kemiskinan menjadi 0 persen selama 5 tahun. Apalagi, jika melihat ke 10 tahun belakangan, penurunan angka kemiskinan cuma 2 persen.
\”Artinya, harus ada upaya yang mengarah ke sana, yang harus ekstra effort,\” kata Esther dalam Podcast Money Honey CNN Indonesia, tayang Jumat (8/3).Blak-blakan Sri Mulyani soal Utang BLBI Rp75 T Usai Tak Ada Mahfud MDADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Esther mengatakan selama ini pemerintah hanya berfokus pada bantuan sosial (bansos) hingga bantuan langsung tunai (BLT) untuk menekan angka kemiskinan. Menurutnya, hal itu bukan kunci menghapus kemiskinan.
Ia mengatakan untuk menekan angka kemiskinan, yang harus dilakukan pemerintah adalah membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Apalagi, kata Esther, nominal BLT pun tak seberapa.
\”Gak perlu dikasih bansos, gak perlu dikasih BLT yang cuma Rp200 ribu, Rp600 ribu doang. (Itu) cuma untuk ngerokok doang, itu riset lho. Sebagian besar bansos itu oleh masyarakat hanya digunakan untuk rokok, ada,\” tutur Esther.
Ia mengatakan jika dibandingkan negara lain, BLT biasanya diberikan senilai upah minimum provinsi (UMP). Dengan nilai sebesar itu, penerima bisa membeli makanan, menabung, hingga membuka usaha kecil.
Oleh karena itu, BLT pemerintah yang sebesar Rp600 ribu, menurut Esther malah tak membantu menekan angka kemiskinan.

By admin