Siapa sangka, di sebuah daerah di Hainan, China, terdapat nuansa Indonesia yang kental. Lokasinya di Distrik Xinglong, Wanning, Hainan, China.
Di Wanning, pengunjung akan menemukan aroma kopi Indonesia, bumbu sate khas nusantara, kudapan-kudapan dari Asia Tenggara, hingga berbagai macam unsur berbau Indonesia, termasuk budaya.
Yang menarik, tak ada orang Indonesia yang didatangkan membangun tempat bernuansa nusantara itu di Wanning. Pria berusia 70 tahun bernama Cai Jinmei, pernah tinggal di Bandung, Jawa Barat, hingga usianya sembilan tahun.
Setelah itu, dia menetap di Distrik Xinglong, Wanning. Kendati begitu, Cai masih fasih berbahasa Indonesia dan kerap menghubungi keluarga dan teman yang masih tinggal di Indonesia.Pilihan RedaksiApa yang Bikin Malaysia Jadi Juara Kunjungan Turis di ASEAN?10 Kota Ini Tawarkan Pengalaman Traveling Terbaik Dunia versi GoogleDaftar 19 Negara Terbaik di Dunia versi WisatawanADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Cai pula yang awalnya menyiapkan berbagai menu khas Indonesia, bahkan dia menghadirkan menu-menu tersebut nyaris setiap hari. Daerah di Distrik Xinglong itu pun kemudian dijuluki Desa Indonesia.
Di distrik itu juga merupakan tempat tinggal bagi sejumlah besar warga Tionghoa perantauan yang kembali ke China. Bukan tanpa alasan area permukiman itu disebut Perkebunan Perantau Tionghoa Xinglong.
Kala meninggalkan Indonesia untuk kembali ke China pada 1950-an, selain tetap menyajikan makanan yang khas dengan Indonesia, mereka juga menjaga tradisi serta adat istiadat Nusantara.
Sekarang, para perantau itu menekuni pertanian dan berhasil mengembangkan ekonomi sosial setempat. Pada 2023, Cai sempat berkunjung ke di Bandung dan singgah ke sekolah dasarnya serta bertemu dengan teman-temannya.
Kini, kehidupan sehari-hari Cai di Xinglong banyak dihabiskan dengan menyeduh kopi atau membuat kudapan Indonesia, yang nanti dikirim ke beberapa temannya di berbagai daerah di China.
Cai juga mengajak anak dan cucunya berkunjung ke Indonesia setelah dia memfasilitasi pertukaran personel China-Indonesia. \”Keturunan kami akan terus menjaga ikatan dengan Indonesia, dan itu akan terjalin selamanya,\” ucap Cai.
Sementara itu, pemilik restoran masakan Indonesia di Xinglong, Liang Jinhua, memiliki suami dan bapak mertua yang merupakan warga Tionghoa perantauan yang pulang dari Indonesia.
\”Masakan kami dianggap cukup autentik dan lezat, restoran kami sudah menjadi \’rumah\’ bagi banyak warga Tionghoa perantauan dan keluarga mereka, bahkan memukau banyak turis asal Indonesia, yang mengatakan berada di restoran kami seperti berada di Tanah Air,\” ujar Liang, seperti dikutip Antara, Sabtu (2/3).
Di Xinglong, terdapat objek wisata bernama Kampung Bali, yang menampilkan beberapa bangunan dengan benda-benda replika khas Bali, yang membawa pengunjung seakan berada di Pulau Dewata.
Ketika libur Tahun Baru Imlek, biasanya objek wisata itu ramai didatangi pengunjung. Pengelola Kampung Bali, Chen Shaosheng, mengungkapkan bahwa objek wisatanya memperkenalkan kebudayaan Bali dan daerah-daerah lain di Indonesia, serta memasukkan sejarah warga Tionghoa di Indonesia.
Seorang anak perempuan dari keluarga Tionghoa perantau di Indonesia, Zhong Chunyan, saat ini berprofesi sebagai guru tari di Xinglong, dan mengaku memadukan gaya tarian Indonesia dan gaya tradisional China, sekaligus mampu melahirkan beberapa program tarian baru.
Chunyan menuturkan bahwa timnya sering mengajak para penari Indonesia untuk tampil di Xinglong. \”Xinglong bagaikan jembatan dan sabuk yang menghubungkan China dengan Indonesia serta seluruh Asia Tenggara, berkat pertukaran kebudayaan maupun kerja sama ekonomi,\” beber Zhong.