Wisatawan di tanah air mulai melirik jalan terpendek di Indonesia yakni Jalan Hos Cokroaminoto, Gresik, Jawa Timur. Hal itu terlihat dari ramainya pengunjung di sana.
Terlebih, kini terdapat event seru yang mendukung keberadaan jalan terpendek di Indonesia tersebut. Akses lokasi jalan ini juga dianggap bagus, karena berada tepat di belakang tugu Gardu Suling Bandar Grissee.Jalan Hos Cokroaminoto di Gresik memiliki panjang hanya 50 meter. Yang menambah unik jalan ini adalah gedung-gedung peninggalan pemerintah kolonial Hinda Belanda yang berada di pinggir jalan tersebut.
Suasana saat malam hari di Jalan Hos Cokroaminoto, Gresik, menjadi lebih berbeda, karena lampu Damar Kurung yang menjadi ciri khas Kota Pudak. Pengunjung kian banyak yang merapat ke jalan ini ketika akhir pekan karena ada Cokro Ekraf (Ekonomi Kreatif).Pilihan RedaksiIkuti Google Maps, Turis Malah Tersesat Seminggu di Daerah TerpencilMenyelami Rumah Nemo, Destinasi Wisata Baru di Sabang AcehDaerah di China Ini Dijuluki \’Desa Indonesia\’, Bali pun Ada ReplikanyaSeperti dikutip Detik, Cokro Ekraf adalah wisata anyar di Gresik, yang menyajikan aneka kuliner khas Gresik dengan nuansa Heritage. Mulai nasi krawu, pudak, bubur roomo, dan cemilan khas Gresik lainnya.
Selain itu, wisatawan juga tertarik dengan hasil tangkapan ikan para nelayan dan petani tambak asal Gresik. Wisata Kuliner Cokro Ekraf menawarkan olahan dari hasil melaut berupa makanan siap saji seperti Telur Ikan Bandeng, Telur Cumi-cumi, Wedel, otak-otak bandeng dan lainnya.ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Wisatawan juga mesti melakoni cara pembelian yang unik untuk memperoleh hasil olahan laut itu yakni dengan menukar uang dengan kepingan kayu berlogo Pemkab Gresik seharga Rp 5 ribu untuk setiap keping.
Salah satu pedagang telur ikan setempat, Suwati, mengaku sangat terbantu dengan keberadaan Wisata Kuliner Cokro Ekraf. Sebab, selama ini suaminya yang bekerja sebagai nelayan selalu menjual hasil lautnya kepada tengkulak.
\”Kalau mentahkan lebih murah. Kalau diolah dulu, memang lebih banyak dapatnya. Ada yang kita jual mentah ada yang kita olah dan dijual di sini (Cokro Ekraf),\” ujar Suwati, warga Lumpur, Gresik, seperti dilansir detikJatim, Minggu (3/3).
Pemerintah Kabupaten Gresik lewat Disparekrafbudpora Gresik bekerja sama dengan Petrokimia Gresik menyelenggarakan Festival Cokro Ekraf. Festival ini dibuka secara perdana dan dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah atau yang akrab dipanggil Bu Min.
\”Saya meyakini bahwa festival ini bakal berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat. Apalagi, festival ini mempunyai ciri khas tersendiri yakni menyuguhkan kulineran khas Gresik. Yang mana masyarakat tidak perlu jauh-jauh jika ingin menikmati kuliner khas, di festival Ekraf ini semua tersedia,\” ungkap Bu Min.
Menurut dia, kawasan Bandar Grissee adalah salah satu destinasi warisan yang sangat luar biasa. Pemkab Gresik menjadikan kawasan ini sebagai salah satu daya tarik kawasan kota tua di Gresik.
\”Bandar Grisse ini adalah ikon kota Gresik yang bernuansa heritage. Maka kita (pemerintah daerah) terus mendorong pembangunan di kawasan ini supaya menjadi daya tarik. Kami berharap masyarakat turut serta menjaga dan melestarikan kawasan ini sebagai kawasan heritage kebanggaan masyarakat Gresik,\” tuturnya.