Tim CNNIndonesia.com melakukan perjalanan Jelajah Jalur Sumatera 2024 pada Maret lalu dalam rangka mereportase jalur mudik untuk Lebaran 2024.
Tapi, kami tak cuma melaporkan kondisi jalan di Sumatera. Tim CNNIndonesia.com juga mampir ke lokasi-lokasi wisata yang autentik termasuk mencicipi kuliner-kuliner di Sumatera yang terkenal lezat.
Perjalanan kami meliputi Jakarta-Palembang-Dharmasraya-Bukittinggi-Padang-Jambi-Palembang-Jakarta, yang memakan waktu selama 9 hari 8 malam. Kami menggunakan Toyota Yaris Cross S GR Hybrid dalam perjalanan panjang kali ini, mobil elektrifikasi Toyota kedua yang diproduksi di Indonesia setelah Innova Zenix Hybrid.
Ketika kami menginjakkan kaki di Sumatera Barat, salah satu yang terbayang adalah sederet makanannya yang khas. Sumatera Barat identik dengan sate padang. Di Jakarta, penjual sate padang telah menjamur hingga di pinggir jalan kaki lima.
Tapi, tahukah kamu bahwa Sumatera Barat juga punya sate lainnya yang disebut sate danguang danguang. Ada tiga asal daerah Sate Padang yakni dari Padang, Pariaman dan Padang Panjang, tapi sate danguang danguang berasal dari Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota.ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Pilihan RedaksiRasa Nostalgia di Semangkuk Kolak Legendaris Bu MumunTips Membuat Kolak Agar Lebih Rendah Kalori dan Tak Bikin Badan MelarBPOM Imbau Hindari Takjil Berbahaya yang Terlihat Seperti IniWalaupun tampilannya sekilas mirip dengan sate padang, sate danguang danguang berbeda. Kuah sate danguang danguang berwarna kuning dan melimpah. Potongan daging atau lidah sapinya juga lebih besar.
Sate ini memakai serundeng kelapa sebagai marinasi untuk potongan daging dan lidah sapi. Hal ini yang membuat rasa sate danguang danguang lebih gurih ketika dibakar. Danguang danguang sendiri merupakan salah satu daerah di Payakumbuh, yang jaraknya sekitar 14 kilometer dari pusat kota.
Kami pun mencicipi sate ini langsung di tempat kelahirannya yakni Payakumbuh, tepatnya di Pondok Sate Danguang Danguang In Bur, yang berada di Jalan Tan Malaka atau sebelah barat kota Payakumbuh.
Kepulan asap pembakaran sate dengan aroma sedap yang menggugah selera sudah menyambut kami ketika masuk ke restoran tersebut. Salah satu perbedaan lainnya dengan sate padang adalah, penyajian sate danguang danguang, yang bisa dihidangkan terpisah antara sate dan ketupat serta kuahnya.Sate danguang-danguang khas Payakumbuh, Sumbar. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)Puluhan tusuk sate danguang danguang disajikan dalam satu piring, sedangkan ketupat sudah bercampur dengan kuah kuningnya. Pelanggan tinggal memilih berapa banyak sate yang akan dilahap.
Dalam gigitan pertama, daging sate danguang danguang terasa lembut. Tanpa kuahnya, sate sudah terasa gurih dan enak. Siraman kuah kuningnya menambah kelezatan sate ini.
Puluhan tusuk sate yang disajikan pun ludes, karena rasanya benar-benar enak dan membuat kami ingin terus menyantapnya. Saat di lidah, terasa sekali perbedaan rasanya dengan sate padang.
Setelah selesai makan, pedagang akan menghitung berapa tusuk sate dan ketupat yang habis, kemudian menetapkan berapa uang yang harus dibayar oleh pelanggan.
Pada beberapa pedagang sate danguang danguang juga dikenal punya \’gimmick\’ cara menghitung tusuk sate yang dimakan pelanggan dengan cepat sambil bergumam.
Soal harga tak perlu khawatir, cukup ramah di kantong. Sebanyak 30 tusuk sate danguang danguang dan empat porsi ketupat plus empat gelas minum serta kerupuk, kami hanya harus membayar Rp124 ribu.

By admin