Sinetron televisi masih menjadi raksasa dalam lanskap industri hiburan Indonesia. Meski begitu, ada banyak persoalan menghantui industri sinetron dari berbagai lini.
Beberapa persoalan terpampang di layar kaca, seperti buruknya kualitas cerita, penulisan karakter tidak konsisten, hingga desain produksi yang apa adanya. Ketidaksempurnaan itu juga ada di balik layar yang kerap dialami kru, termasuk dari kalangan penulis skenario.James Wan Ingin Kembali Garap Film Horor Usai Aquaman 2Permasalahan sesungguhnya tidak susah dipahami. Penulis setiap hari dituntut memenuhi target pengerjaan naskah, sehingga pikiran mereka kerap terforsir dan tak jarang mengalami overwork, terutama mengerjakan proyek striping.
Di sisi lain, pemenuhan hak dasar kru, termasuk penulis naskah, tak sepenuhnya dilindungi. Penulis naskah Maruska Bath mengungkapkan berbagai isu selama menjadi penulis, salah satunya adalah hak-hak pekerja yang belum terpenuhi.
Sebut saja sistem penyediaan asuransi yang nihil regulasi, terbatasnya proteksi serta akomodasi selama bekerja, hingga upah yang kerap molor, beda dari perjanjian, atau bahkan tidak dibayar sama sekali.
\”Enggak bisa, lho, membayar penulis seenaknya. Atau kadang-kadang kami enggak dibayar. Aku sering, pernah kena beberapa kali,\” ungkap Maruska kepada CNNIndonesia.com. \”Memang tidak ada proteksi apa pun buat kami,\”Sesungguhnya terdapat asosiasi yang menaungi pekerja sinetron bernama Karyawan Film dan Televisi Indonesia (KFTI). Namun, asosiasi itu pun terlalu umum dan tidak benar-benar menyentuh permasalahan penulis naskah. (CNN Indonesia/ Muhammad Feraldi)\”Makanya sekarang aku kalau dapat proyek, aku agak-agak bawel. Aku minta DP, enggak ada DP aku enggak mau mulai kerja. Karena sudah beberapa kejadian, capek-capek nulis enggak dibayar.\” lanjutnya.
Jika ditelusuri, beragam masalah itu dapat muncul karena banyak pekerja kreatif di Indonesia yang belum dinaungi asosiasi secara mumpuni.
Bahkan dalam kasus penulis skenario sinetron, tidak ada asosiasi yang benar-benar menaungi mereka. Berdasarkan penelusuran, sejauh ini tidak ada asosiasi yang spesifik menaungi penulis naskah sinetron.
Memang ada asosiasi penulis yang eksis, yaitu Penulis Indonesia Untuk Layar Lebar (PILAR). Namun mereka pun hanya menaungi penulis naskah untuk film bioskop.Hal-hal Penting Soal Aksi Mogok Penulis dan Aktor Hollywood 2023Sesungguhnya terdapat asosiasi yang menaungi pekerja sinetron bernama Karyawan Film dan Televisi Indonesia (KFTI). Namun, asosiasi itu pun terlalu umum dan tidak benar-benar menyentuh permasalahan penulis naskah.
Hal itu berbanding terbalik dengan Hollywood, industri yang lazim dijadikan kiblat. Para penulis di sana dinaungi Writers Guild Association (WGA) yang aktif menaungi dan mengadvokasi isu kesejahteraan anggotanya.
WGA memiliki jangkauan anggota yang luas, dari penulis naskah film, serial, sampai program televisi. Peran mereka sebagai asosiasi jelas, seperti mengupayakan upah layak yang diperjuangkan lewat aksi mogok penulis baru-baru ini.Keberadaan asosiasi sayangnya masih dianggap sebelah mata di Indonesia. Padahal, masalah kesejahteraan dan hak-hak pekerja yang dirasakan penulis skenario juga terjadi di kalangan kru produksi sinetron.
Bahkan, akademisi Institut Kesenian Jakarta Danu Murti mengatakan kru merupakan orang yang paling rentan dalam industri sinetron. Mereka bergulat dengan amat banyak persoalan yang kerap tidak disadari.
Lanjut ke sebelah…