TRIBUNNEWS.com – Anggota Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Amos Shani Atzmon (26), mengaku tak heran apabila warga Palestina di Gaza membenci negaranya.
Atzmon menilai warga Palestina punya alasan yang bagus, mengingat serangan Israel di Gaza menjadikan wilayah kantong itu tak layak huni.
Terlebih, rekan-rekan Atzmon sesama anggota IDF, telah membunuh anak-anak, ibu hamil, dan lanjut usia (lansia).
\”Mereka punya alasan yang sangat bagus. Saat Anda melihat kota-kota terbakar dan dibom.\”
\”Saya punya seorang teman dekat (anggota IDF) yang terbunuh di Gaza, dan saya memikirkan tentang mereka yang seluruh keluarganya tewas dalam pemboman Israel,\” kata Atzmon dalam wawancaranya bersama CNN yang artikelnya terbit pada Senin (5/2/2024).
Atzmon mengaku syok melihat banyaknya korban tewas di Gaza, terutama anak-anak dan orang tua.
Ia sendiri tidak ingin mati begitu saja dalam perang di Gaza.
Meski terpukul atas kematian warga di Gaza, Atzmon mengklaim ia punya hak untuk membela diri dan membela keluarganya.
\”Saya sangat terpukul atas kematian orang-orang di Gaza, terutama anak-anak dan orang tua.\”
\”(Tapi), saya hanya laki-laki normal, dan kami semua tidak ingin mati,\” ujarnya.
\”Saya punya hak untuk membela diri dan membela keluarga saya, teman-teman saya, dan orang-orang yang saya cintai,\” imbuh dia.
Atzmon mengaku dirinya adalah \”orang sayap kiri\” di unitnya.
Seperti puluhan ribu orang lainnya, Atzmon telah berulangkali memprotes Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan rencanananya untuk merombak sistem peradilan Israel.
Diketahui, pemerintahan Netanyahu adalah pemerintahan paling sayap kanan dalam sejarah Israel yang menolak gagasan negara Palestina dan mendukung pemukiman Yahudi di Tepi Barat.