Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen memperingatkan Cina akhir pekan lalu agar tidak memproduksi sektor energi bersih secara berlebihan, seperti produk panel surya, turbin angin, dan kendaraan listrik (EV), yang ditujukan untuk memperlambat perubahan iklim.
Dalam kunjungannya ke Cina, Yellen mengatakan bahwa praktik-praktik perdagangan yang tidak adil di negara itu, seperti membuang produk-produk murah secara artifisial ke pasar global, adalah ancaman bagi bisnis dan lapangan kerja di AS.
Washington sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan tarif yang lebih tinggi dan menutup celah perdagangan, jika Beijing mempertahankan kebijakan yang berlaku saat ini.
Perusahaan-perusahaan Cina sering kali melemahkan pesaingnya di negara Barat karena berbagai alasan, termasuk tenaga kerja yang lebih murah dan skala ekonomi. Namun, perusahaan di Cina juga mendapatkan keuntungan dari insentif yang sangat besar, di mana hal itu membuat saingan-saingan asing menjadi tidak kompetitif.
Subsidi Cina lebih besar dari angka bantuan negara Barat
\”Subsidi Cina sangat besar,\” kata Rolf Langhammer, mantan wakil presiden Institut Kiel untuk Ekonomi Dunia (IfW-Kiel), kepada DW. \”Subsidi ini mencakup hampir semua industri dan jauh lebih besar daripada subsidi Uni Eropa (UE) atau AS.\”
Subsidi industri di Beijing rata-rata tiga sampai empat kali lebih tinggi daripada negara anggota Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), bahkan sampai sembilan kali lipat. Sebuah laporan yang diterbitkan pekan ini oleh IfW-Kiel memperkirakan bahwa subsidi industri di Cina mencapai €221 miliar (sekitar Rp3,8 kuadriliun) atau 1,73% dari produk domestik bruto (PDB) negara itu pada 2019. Studi lain menyebutkan bahwa subsidi tahunan Cina biasanya sekitar 5% dari PDB.
Laporan IfW-Kiel mengungkapkan bagaimana subsidi Cina untuk perusahaan teknologi ramah lingkungan dalam negeri telah meningkat secara signifikan pada 2022. Produsen mobil listrik terbesar di dunia, BYD, bahkan menerima €2,1 miliar (sekitar Rp36 triliun), dibanding dua tahun sebelumnya yang hanya mendapat €220 juta (sekitarRp3,7 triliun). Dana dukungan untuk pembuat turbin angin Mingyang juga naik dari €20 juta (sekitar Rp343 miliar) menjadi €52 juta (sekitar Rp892 miliar).
Selain dana bantuan subsidi yang begitu besar, penulis laporan tersebut juga mencatat bahwa produsen Cina mendapat keuntungan dari akses istimewa ke bahan baku penting, transfer teknologi yang dipaksakan, dan lebih sedikit birokrasi dalam negeri daripada pesaing asing mereka.
Cina tingkatkan ekspor kendaraan listrik saat permintaan global menurun
\”Kegelisahan AS dan Eropa muncul ketika permintaan kendaraan listrik [di Barat] sedikit goyah,\” kata Brad W. Setser, seorang rekan senior di Dewan Hubungan Luar Negeri, kepada DW. \”Kini tampaknya Cina akan menjadi eksportir kendaraan listrik yang lebih besar lagi di masa depan.\”
Tahun lalu, Cina berhasil menjual lebih dari 100.000 mobil ke luar negeri, yang sebagian besar merupakan mobil listrik atau hibrida plug-in. Ekspor mobil listrik negara itu meningkat 70% pada 2023 senilai $34,1 miliar (sekitar Rp544 miliar). Eropa adalah penerima terbesar mobil listrik Cina, di mana hampir 40% mobil listrik telah diekspor.
Pada Oktober lalu, Uni Eropa memulai penyelidikan mengenai apakah pihaknya perlu mengenakan tarif yang lebih tinggi pada mobil listrik buatan Cina untuk \”mengimbangi subsidi negara dan menyamakan kedudukan.\”
Brussels saat ini memungut tarif 10% untuk kendaraan buatan Cina. Menurut laporan media, ada kemungkinan tarif 25% retroaktif akan diberlakukan pada awal Juli mendatang. Analis industri mengatakan bahwa langkah ini akan membuat sedan dan SUV Cina berukuran sedang menjadi lebih mahal daripada sedan dan SUV Eropa.
Sementara, Washington telah mengenakan tarif 27% untuk mobil listrik buatan Cina dan juga bersiap untuk menaikkan tarif itu demi mendukung industri otomotif dalam negeri.
Terlepas dari kekhawatiran atas tarif dan akses masa depan ke pasar Barat, produsen Cina justru bertekad untuk meningkatkan produksinya. Produsen baterai terbesar di dunia, CATL, mengatakan akan terus melanjutkan rencana ekspansi agresifnya. BYD juga mengatakan kepada para investor baru-baru ini bahwa pihaknya telah menargetkan adanya peningkatan penjualan sebesar 20% tahun ini.
Subsidi Beijing mengalir deras

By admin