Tujuh pejabat Amerika Serikat mengundurkan diri dari jabatannya sebagai langkah protes terhadap kebijakan Presiden Joe Biden soal Gaza, Palestina.
Hal itu terjadi usai pejabat senior di Biro Kependudukan, Pengungsi, dan Migrasi Departemen Luar Negeri Stacy Gilbert mengumumkan pengunduran diri secara terbuka. Gilbert mengundurkan diri sebagai langkah protes terhadap kebijakan Biden.
Berikut tujuh pejabat yang memutuskan untuk mengundurkan diri.
Stacy Gilbert
Pengunduran diri Gilbert didasari oleh penolakannya terhadap penyalahgunaan senjata kiriman AS. Ia pun sempat menyurati Departemen Luar Negeri guna mengingatkan Biden akan Memorandum Keamanan Nasional (NSM-20).Israel Serang Rafah Usai Biden Tawarkan Proposal Gencatan SenjataADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Memorandum itu berisi tentang jaminan penggunaan senjata yang dipasok AS bakal digunakan sesuai aturan hukum yang ada.
Gilbert menjadi pejabat Departemen Luar Negeri keempat yang mengundurkan diri secara terbuka sejak agresi Israel ke Palestina pada 7 Oktober.
Menanggapi hal demikian, juru bicara Departemen Luar Negeri AS yang tak disebut namanya memperjelas, \”Kami terus menekan pemerintah Israel agar tidak melukai warga sipil dan segera memperluas akses kemanusiaan ke dan di dalam Gaza. Hal ini termasuk memfasilitasi penyediaan bantuan penyelamatan jiwa, mengizinkan masuknya bahan bakar, dan memastikan kebebasan bergerak yang aman bagi pekerja kemanusiaan,\” seperti dikutip Anadolu Agency.
Josh Paul
Josh Paul merupakan direktur urusan kongres dan masyarakat di Biro Urusan Politik-Militer Departemen Luar Negeri selama lebih dari 11 tahun. Ia sebelumnya bertanggung jawab mengawasi berbagai transaksi senjata ke negara-negara asing.
Paul mengundurkan diri lantaran berkeinginan untuk melindungi orang-orang yang tidak bersalah di konflik Israel-Palestina. Ia lalu mengumumkan surat pengunduran diri secara terbuka.Netanyahu Sebut Tak Ada Gencatan Senjata Permanen Sebelum Hamas Hancur\”Saya berangkat hari ini karena saya percaya bahwa dalam tindakan kita saat ini sehubungan dengan penyediaan senjata mematikan yang berkelanjutan – bahkan diperluas dan dipercepat – kepada Israel, saya telah mencapai akhir dari tawar-menawar itu,\” ungkap Paul.
Paul pun meyakini bahwa dukungan AS terhadap Israel secara tak langsung dapat membawa penderitaan yang lebih besar bagi warga Israel dan Palestina.
\”Dukungan buta terhadap satu pihak akan merugikan kepentingan kedua belah pihak dalam jangka panjang,\” tambah Paul.
Tariq Habash
Pejabat berikutnya yang ikut mengundurkan diri adalah Tariq Habash. Dia merupakan asisten khusus di Kantor Perencanaan Evaluasi dan Pengembangan Kebijakan di Departemen Pendidikan AS.
Pejabat keturunan Palestina-Amerika itu mengundurkan diri pada 4 Januari lalu sebagai langkah protes terhadap kegagalan pemerintah menghentikan \’taktik hukuman kolektif\’ Israel.
\”Saya tidak bisa diam-diam terlibat karena pemerintahan ini gagal memanfaatkan pengaruhnya sebagai sekutu terkuat Israel untuk menghentikan taktik hukuman kolektif yang kejam dan berkelanjutan yang telah memutus akses terhadap makanan, air, listrik, bahan bakar dan pasokan medis bagi warga Palestina di Gaza, yang menyebabkan meluasnya penyakit. dan kelaparan,\” ungkap Habash.
Lanjut ke halaman berikutnya…