.lyricstools{display:flex;justify-content:center;position:sticky;top:90px;gap:10px;z-index:9}#pilihNada{display:flex;height:35px;align-items:center;justify-content:center;font-size:12px;color:#fff;border:.2px solid transparent;border-radius:5px;background:#000;padding-bottom:0!important}.wrapper-button{width:130px;height:auto;display:flex;position:relative}#buttonmode{position:absolute;top:35px}.mode-cepat,.mode-lambat,.mode-sedang{background:#9a988b;border:none;border-radius:0 0 5px 5px;cursor:pointer;font-size:23px;color:#fff;font-weight:700;line-height:0;padding:10px 0 20px}.auto-scroll{background:#000;border:none;cursor:pointer;font-size:11px;height:36px;width:100%;color:#fff;border-radius:5px}.up-down-nada,.up-down-nada:hover{cursor:pointer;font-size:larger;width:33px;text-align:center;font-weight:700}.bg-aktif{background:#016fba;color:#ffa90b}.up-down-nada:hover{background:orange}.lyrics span{position:relative;vertical-align:baseline;line-height:2.2}.lyrics span[data-chord]:before{color:#0877b4;font-weight:700;content:attr(data-chord);position:absolute;top:-25px;left:0;width:auto;display:inline-block}

››

›››


Transpose
+

Lebih dari 220 orang tewas, banyak yang masih dinyatakan hilang dan sekitar 60.000 orang harus mengungsi sejak kekerasan komunal dan etnis melanda negara bagian Manipur di India pada tahun 2023, menurut pejabat pemerintah dan kelompok masyarakat sipil. Konflik berkecamuk antara mayoritas Meitei dan minoritas Kuki.
Setahun setelah kerusuhan berdarah, ketegangan antara kedua komunitas tidak kunjung berkurang. Kamp dan posko militer yang kini tersebar di Manipur adalah pengingat atas ketidakstabilan yang mencengkeram wilayah tersebut.
Kekhawatiran terhadap milisi bersenjata
Kesenjangan agama di Manipur digariskan secara geografis. Meitei yang sebagian besar warganya beragama Hindu dan mencakup 53 persen populasi, kebanyakan tinggal di dasar lembah yang subur dan sarat mata air. Sedangkan etnis Kuki, yang mayoritas beragama Kristen dan mewakili 16 persen populasi, hidup di kawasan pebukitan yang curam dan berbatu.
Tidak heran jika di Manipur warga Meitei cendrung lebih makmur ketimbang suku Kuki.
\”Segala sesuatunya jauh dari normal di Manipur. Satu hal yang selalu terlihat jelas, dan tidak berubah, adalah absennya kedaulatan negara, baik negara bagian Manipur maupun pemerintah pusat India, melepas tangan terserah pada orang-orang untuk mengurus diri mereka sendiri,\” kata Pradip Phanjoubam, editor jurnal web Imphal Review of Arts and Politics.
Phanjoubam telah meliput kekerasan sektarian di Manipur sejak bentrokan pertama pecah pada Mei 2023. Dia mengaku prihatin dengan munculnya milisi sipil bersenjata yang menjaga komunitas masing-masing.
\”Fenomena ini memang unik, namun sudah bisa diduga. Kemunculannya ditakuti dan dibenci oleh masyarakat awam, namun tidak dapat disangkal. Ini adalah gambaran lain dari bencana besar yang sedang dihadapi Manipur saat ini,” katanya kepada DW.
Perlawanan masyarakat adat
Bentrokan etnis hingga kini masih terus terjadi di Manipur. Beberapa LSM dan aktivis hak asasi manusia melaporkan, konflik antara penghuni lembah dan perbukitan ikut mencuatkan \”popularitas” kelompok bersenjata radikal.
\”Pemuda dipersenjatai di seluruh negara bagian, tidak hanya kelompok yang bertikai, tetapi juga suku yang bukan kelompok Kuki atau Meitei juga mempersenjatai diri. Militerisasi kembali terjadi di Manipur,” kata Mary Beth Sanate, sekretaris organisasi hak-hak perempuan di Churachandpur, kota terbesar kedua di Manipur dan episentrum kekerasan.
\”Pemerintah belum melakukan apa pun dalam mendorong inisiatif atau negosiasi perdamaian. Pemerintah hanya terlibat dalam pengendalian zona penyangga dan penempatan tentara,” katanya. \”Saat ini tidak ada pembicaraan mengenai perdamaian karena pelanggaran hukum masih terus terjadi di Manipur. Yang lebih buruk lagi, tidak ada keadilan yang diberikan kepada para korban kekerasan.”
Pudarnya harapan damai
Pakar politik India Bidhan Laishram mengatakan, kemunculan faksi bersenjata bukanlah hal baru di Manipur yang acap bergolak. Saat ini, makin banyak kekuatan yang aktif di wilayah tersebut, termasuk berbagai kelompok separatis dan milisi yang loyal kepada New Delhi dan beroperasi dengan impunitas berdasarkan Undang-Undang Kewenangan Khusus Angkatan Bersenjata, yang memberikan keleluasaan kepada militer di wilayah yang \”rawan”.
\”Konflik teranyar menambah level militerisasi di wilayah ini dan menjadikannya normal. Milisi sipil telah menjadi bagian dari kesadaran sehari-hari sebagai sebuah kebutuhan, dan ini merupakan lapisan lain yang ditambahkan pada tahun lalu,\” kata Laishram kepada DW.
\”Militerisasi warga sipil, ditambah dengan kembali aktifnya berbagai kelompok bersenjata, telah menyebabkan ambruknya hukum dan ketertiban,\” ujar Sophia Rajkumari, pendiri kelompok advokasi perempuan Eta Northeast Foundation Trust.
\”Militerisasi menghalangi harapan untuk kembali ke situasi normal, karena proyek pembangunan dan investasi yang ada sebelumnya terhenti,” tambah Rajkumari.
Mobilisasi pemuda \’demi bertahan hidup\’

By admin