Israel kini tengah memilih tanggal untuk melancarkan serangan ke Kota Rafah, Jalur Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras akan melancarkan serangan itu meski sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat (AS), telah menolaknya.
\”Kemenangan ini membutuhkan [masuknya Israel] ke Rafah,\” kata Netanyahu dalam pesan video yang disampaikan hari Senin, dikutip dari The Jerusalem Post.
\”Ini akan terjadi; ada tanggalnya,\” katanya menambahkan.
Pesan Netanyahu itu keluar setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menarik mundur Brigade 98 dari Gaza.
Penarikan itu disebut memang diperlukan agar pasukan Israel bisa beristirahat dan bergabung kembali dalam operasi militer di Gaza.
Meski demikian, Israel sudah memutuskan untuk tidak mengirimkan IDF ke Rafah.
Keputusan itu menimbulkan perpecahan dalam pemerintahan Netanyahu.
Sebagai contoh, Menteri Kemanan Nasional Itamar Ben-Gvr mengancam akan undur diri dari pemerintahan jika IDF tak memasuki Rafah.
Israel mengklaim tak akan bisa menyingkirkan Hamas dari Gaza jika tidak menyerang Rafah.
Adapun AS hingga kini masih menolak rencana serangan darat Israel ke Rafah.
\”Kami sudah menjelaskan bahwa kami tidak mendukung operasi militer darat besar-besaran di Rafah,\” kata Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional AS John Kirby.
Kirby mengklaim AS belum melihat Israel akan melancarkan serangan darat besar-besaran dalam waktu dekat.
\”Kepada kami, Israel telah memastikan tidak akan ada operasi miltier di dalam dan di sekitar Rafah hingga kami punya kesempatan untuk berbicara kepada mereka dengan lebih panjang mengenai pilihan yang memungkinkan dan alternatif dari serangan darat besar-besaran.\”