Kabinet Perang Israel dan elit militer mulai terpecah. Hal ini membuat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sampai membatalkan pertemuan.
Dikutip dari kanal YouTube Al Jazeera English, Kabinet Perang Israel dijadwalkan bertemu untuk membahas kesepakatan dengan Hamas tentang pertukaran tawanan dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Hal kedua yang akan dibahas dalam Kabinet Perang adalah masa depan Gaza pasca-perang.
Bezalel Smotrich dari partai koalisi Netanyahu malah memutuskan tidak ingin ada diskusi semacam itu.
Smotrich dikenal sangat menentang Otoritas Palestina (PA) yang berkuasa di Gaza pasca-perang.Ia juga sangat menentang transfer uang apapun ke Otoritas Palestina seperti yang didesak oleh Amerika.
Menanggapi tekanan ini, Netanyahu memilih untuk membatalkan rapat Kabinet Perang, yang seharusnya diadakan malam ini, Jumat (29/12/2023), dikutip dari Times of Israel.
Ketimbang memimpin pertemuan tersebut, Netanyahu menyerahkan diskusi itu pada rapat kabinet keamanan yang berlangsung pada Selasa (2/1/2024) mendatang.
Alasan Netanyahu membatalkan pertemuan Kabinet Perang pun terungkap.
Netanyahu mengaku khawatir diskusi tersebut akan memecah koalisinya, pemerintahannya, dan membahayakan posisinya sebagai perdana menteri.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat kabinet di pangkalan militer Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 24 Desember 2023. (Ohad Zwigenberg / POOL / AFP)Kekuatan militer dan elit politik terpecah
Direktur MENA di Global Counsel, Ahmed Helal mengatakan pertemuan kabinet dibatalkan karena kekuatan militer dan elit politik Israel semakin terpisah.
\”Elit militer semakin merasa tidak nyaman selama 10 tahun terakhir,\” kata Helal kepada Al Jazeera.
\”Dan mereka sama sekali bukan penganut paham cinta damai, mereka bukan orang yang pasif,\” urainya.
Menurut Helal, kedua kubu memahami kebutuhan Israel dan mereka menentang ambisi pemerintah sipil yang terlalu militeristik.
\”Mereka tidak pernah tertarik untuk masuk ke Gaza karena mereka menyadari bahwa korban jiwa di pihak IDF akan tinggi dan korban jiwa di pihak Palestina juga akan tinggi, yang pada akhirnya akan menjadi masalah bagi Israel,\” tambahnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

By admin