Israel disebut makin getol merekrut warga Arab-Muslim untuk bergabung dengan militernya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF), sejak melancarkan agresi brutal ke Jalur Gaza Palestina pada 7 Oktober lalu.
Politikus Arab-Israel menduga gerakan perekrutan tentara dari kalangan mereka bermotif politik untuk memecah belah.Dubes Ukraina soal 10 WNI Jadi Tentara Bayaran: Rusia PembohongAnggota Parlemen Knesset dari kalangan etnis Arab-Israel, Hanin Zoabie, mengatakan bahwa mereka diimingi kehidupan yang layak serta gaji tinggi jika bergabung ke IDF.
\”Sembilan puluh persen orang Arab yang bertugas di tentara Israel tidak memiliki kesetaraan dengan orang Israel. Israel tidak membutuhkan mereka untuk melindungi keamanannya, ini adalah masalah politik, yang pertama adalah perpecahan dan pemerintahan,\” ujar Zoabie.ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}IDF pun mengklaim bahwa perekrutan tersebut bermaksud untuk memecah belah warga keturunan Arab di Israel.
Terdapat polemik mengenai pasukan tentara Israel yang menjadi kesalahpahaman terkait pendaftar tentara Israel. Banyak orang percaya bahwa kaum Yahudi mendominasi pasukan tersebut.
Suku Druze menjadi pendaftar tertinggi di IDF Israel karena terikat \”Perjanjian Darah\” pada 1956. Mereka merupakan kelompok minoritas berbahasa Arab di Israel dan sudah lebih dari 80 persen pria Druze mendaftarkan diri sebagai tentara IDF.Siapa Itu Komunitas Arab Israel yang Mayoritas Muslim?Namun, apa sebenarnya \”Perjanjian Darah\” tersebut dan mengapa banyak suku Druze yang bergabung?
Dibalik suku Druze dan \”Perjanjian Darah\”
Menurut Hillel Frisch dalam artikelnya \’The Druze Minority in the Israeli Military: Traditionalizing an Ethnic Policing Role,\’ hubungan suku Druze dengan kaum Yahudi mulanya terbentuk atas dasar persahabatan selama Mandat Inggris.
Pada 1948, para pemimpin Druze terlibat dalam mengumpulkan informasi intelijen dan pembelian senjata untuk Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang saat itu baru dibentuk.
Hal tersebut juga mendukung persoalan dari negara Israel yang mendapatkan serangan dari tujuh pasukan Arab, saat baru mendeklarasikan pendirianya.Pilihan RedaksiHamas Sodorkan Proposal Gencatan Senjata Baru ke Mediator, Apa Isinya?Cerita WNI soal Pilpres Rusia 2024, Sama dengan Indonesia?Melihat performa orang Arab-Druze, pemerintah Israel pada masa Perdana Menteri Levi Eskhol memutuskan untuk mengakui suku tersebut sebagai entitas yang sejajar dengan kaum Yahudi.
Israel juga memperkuat upaya pengakuan warga Arab-Druze, usai adanya pengaruh \”radikalisasi Palestina\” yang disebut oleh Israel sebagai ancaman ideologi.
\”Untuk lebih meyakinkan masyarakat Druze akan pengakuan tersebut, pejabat pemerintah Israel juga menjanjikan perluasan peluang sekolah tingkat menengah dan program pendanaan bagi masyarakat Druze hingga tingkat universitas,\” tambahnya dalam artikel tersebut.
Meskipun masih terdapat beberapa golongan yang menentang hal tersebut.
Berlanjut halaman berikutnya >>>