Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan tentaranya untuk bersiap mengusir 1,3 juta warga sipil yang mengungsi di Rafah, Gaza, Palestina.
Kantor Netanyahu mengatakan Perdana Menteri meminta para pejabat militer untuk “menyerahkan kepada kabinet rencana gabungan untuk mengevakuasi penduduk dan menghancurkan batalyon” militan Hamas yang bersembunyi di Rafah, Jumat (9/2/2024).
Serangan udara Israel menghantam Rafah, kota yang padat penduduk pada Sabtu (10/2/2024).
Para saksi mata melaporkan adanya serangan baru di Rafah setelah militer Israel mengintensifkan serangan udara.
Kekhawatian meningkat pada kalangan warga Palestina akan adanya invasi darat.
Sejak perang Israel dengan kelompok Hamas meletus 7 Oktober, Rafah telah menjadi tempat pertahanan terakhir bagi pengungsi Palestina.
Invasi yang direncanakan Netanyahu di Rafah telah menuai kecaman dari kelompok hak asasi manusia, bahkan Washington, D.C.
Setelah mendengar Netanyahu bersiap menyerang, warga Palestina berseru bahwa mereka sudah tidak punya tempat lagi untuk kabur.
\”Kami tidak tahu ke mana harus pergi,\” kata Mohammad al-Jarrah, seorang warga Palestina yang mengungsi dari utara ke Rafah, dikutip dari Al Arabiya.
Kota ini merupakan pusat populasi besar terakhir di Jalur Gaza yang belum dimasuki oleh pasukan Israel.
Namun, Rafah juga merupakan pintu masuk utama pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan.

Amerika Serikat Peringatkan Rencana Netanyahu Serbu Rafah
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan mereka tidak mendukung serangan darat di Rafah.
Gedung Putih memperingatkan bahwa, jika tidak direncanakan dengan baik, operasi semacam itu berisiko menimbulkan “bencana”.
Amerika Serikat adalah pendukung internasional utama Israel, yang memberikan bantuan militer miliaran dolar.

By admin