Para penganut Bektashi ini sama sekali tidak sesuai dengan gambaran klise Barat tentang muslim.
Ini adalah aliran sufi Syiah yang telah turut membentuk kehidupan dan budaya Albania di Eropa Tenggara selama berabad-abad.
Di Albania yang multiagama saat ini, lebih dari separuh penduduknya adalah penganut agama Islam, selain itu ada juga Kristen Ortodoks dan Katolik.
Umat muslim di negara ini terbagi menjadi mayoritas muslim Sunni dan Bektashi, yang secara ideologis terkait dengan aliran Alevi di Turki.
Tarekat sufi menonjol dalam kepercayaan ini karena beberapa hal unik yang membuat pengikutnya tampak heterodoks di mata sebagian umat Islam. Sebagai gerakan sufi, Bektashi menekankan kesatuan seluruh keberadaan dan spiritualitas batin umat beriman.
Bentuk-bentuk eksternal dan kewajiban keagamaan bukanlah hal yang esensial bagi mereka. Sebab menurut penganutnya, siapapun yang dekat dengan Tuhan tidak bisa lepas dari-Nya, meski tidak mematuhi aturan agama, termasuk soal larangan minuman beralkohol.
Sikap ini menyebabkan praktik keagamaan Bektashi berbeda dengan praktik keagamaan kebanyakan umat Islam lainnya. Alih-alih salat lima waktu, mereka salat dua kali sehari, saat matahari terbit dan terbenam. Pria dan perempuan berdoa bersama di tekke, yakni rumah doa mereka yang dipimpin oleh pemimpin spiritual yang disebut darwis.
Ada juga pertemuan doa di rumah-rumah pribadi. Para perempuan umumnya tidak memakai hijab. Musik dan tari memainkan peran penting.
Setiap tahun umat Bektashi bertemu untuk berziarah di Gunung Tomorr di selatan Albania, di mana mereka merayakannya bersama dalam berbagai festival rakyat dan pertemuan keluarga.
Mereka secara khusus telah jadi bagian dari ‘wajah\’ Albania. Namun, minoritas kecil Bektashi juga bisa ditemui di Makedonia Utara, Montenegro, Bosnia-Herzegovina, Bulgaria, Kosovo, dan Yunani.
Pendirinya seorang nonkonformis?
Asal usul tarekat ini terletak pada pendirinya, guru sufi Bektash Veli dari Provinsi Khorasan di timur laut Iran. Dia beremigrasi ke Anatolia pada abad ke-13, di mana dia masih dihormati oleh kaum Alevi hingga saat ini.
Namun, rincian tentang kehidupan dan pekerjaannya tidak jelas. Apakah Haji Bektash Veli sebenarnya nonkonformis atau apakah dia hidup lebih seperti orang suci Ortodoks — masih jadi bahan perdebatan di kalangan peneliti, ujar pakar agama dan etnolog Leyla Jagiella, yang banyak membahas pertanyaan-pertanyaan ortodoksi dan heterodoksi dalam Islam.
Pada abad ke-15, ordo yang didirikan oleh Hajji Bektash Veli memperoleh pengaruh melalui kedekatannya dengan Janissari, pengawal Sultan di Istanbul, Turki.
Dengan perluasan Kekaisaran Ottoman ke Balkan, Bektashi pertama datang ke Albania dan Yunani sebagai pendeta Janissari Sunni. Tekke mereka di Albania selatan didokumentasikan dengan baik dalam catatan pengelana Turki, Evliya Celebi (1611-1685).
Cermin keberagaman Islam?