TRIBUNNEWS.COM -Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pasukan Israel sudah bersiap untuk melakukan operasi militer di Kota Rafah, Jalur Gaza Selatan.
Netanyahu menjanjikan kemenangan total Israel atas gerakan perlawanan Palestina, Hamas, dalam beberapa bulan.
Populasi di Rafah membengkak menjadi lebih dari 500.000 orang setelah Israel membombardir Jalur Gaza utara dan tengah.
Rafah menjadi tempat terakhir bagi warga Palestina yang mengungsi untuk menghindari pemboman Israel, namun ternyata nyawa mereka kembali terancam.
“Kami telah menginstruksikan (tentara Israel) untuk bersiap beroperasi di Rafah dan dua kamp pusat (pengungsi), yang juga merupakan benteng terakhir Hamas,” kata Netanyahu dalam konferensi pers yang disiarkan di TV, Kamis (8/2/2024).
Ia mengklaim bahwa membombardir Jalur Gaza dari utara hingga selatan dapat menghancurkan Hamas.
“Pada akhirnya, eliminasi Hamas akan menyebar ke seluruh Timur Tengah dan akan memungkinkan kita memperluas lingkaran perdamaian dengan tetangga kita,” lanjutnya, dikutip dari Awsaat.
Mengulangi propagandanya, Netanyahu berjanji akan mempertahankan pemboman Israel di Jalur Gaza yang digambarkannya sebagai tekanan militer untuk Hamas.
Ia mengklaim pemboman itu dapat menekan Hamas untuk segera membebaskan sandera.
Padahal, beberapa sandera terbunuh karena pemboman itu, yang membuktikan tindakan militer tidak dapat menyelamatkan mereka.
\”Mempertahankan tekanan militer adalah syarat penting untuk pembebasan sandera,” lanjutnya.

Perdana Menteri Israel itu menolak usulan Hamas untuk melakukan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera.
“Menyerah pada tuntutan aneh Hamas… tidak hanya tidak akan berujung pada pembebasan para sandera, namun hanya akan mengundang pembantaian lagi,” tambahnya, dikutip dari France24.
Ia mengatakan Israel merasa terancam jika Hamas masih ada di Jalur Gaza, menyusul keinginannya agar Israel mengendalikan Jalur Gaza.

By admin