Belakangan ini saat anak berusia 16-17 tahun di Jerman menunggu kereta, mereka semakin sering melihat sejumlah poster yang dipasang di platform stasiun yang memang dirancang dan ditujukan untuk kelompok usia mereka.
Sebanyak 1.000 poster yang dipasang itu merupakan desain-desain yang memenangkan kompetisi nasional untuk mendorong para pemilih muda memberikan hak suaranya pada Pemilu Eropa, tanggal 6 sampai 9 Juni 2024.
Salah satu poster yang menang memiliki slogan yang ambigu bertuliskan \”first Kiss, first time, first vote\” atau jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti \”ciuman pertama, pertama kalinya, pencoblosan pertama\”. Poster ini dibuat oleh mahasiswa desain media dari kota Köln, Maja Steinbach, Maria Viktoria Junker dan Fabian Navarro.
\”Kami ingin menunjukkan bahwa pemilihan umum adalah pengalaman yang positif dan menyenangkan, bahwa Anda dapat mencoba sesuatu yang baru,\” kata mereka kepada DW.
\”Anak muda saat ini berada dalam tahap kehidupan di mana mereka membuat keputusan penting pertama mereka,” jelas para mahasiswa desain media itu. \”Kami ingin menjangkau mereka pada fase itu, dan kalimat ambigu ini adalah ‘hook‘ kami, yakni ciuman pertama, hubungan pertama, ‘pertama kali\’ untuk memiliki poster yang menonjol, menunjukkan semua manfaat Uni Eropa.”
Tahun ini untuk pertama kalinya remaja berusia 16 tahun di Jerman memiliki hak memberikan suara pada Pemilu Parlemen Eropa. Selain poster, yang dicetak dalam enam versi berbeda, kampanye Uni Eropa juga menayangkan lebih dari satu juta iklan. Tujuannya, untuk mencapai sasaran yang tepat, yakni menarik perhatian pemilih muda dan tidak menakuti mereka.
Steinbach, Junker dan Navarro mengatakan, menargetkan remaja yang hanya beberapa tahun lebih muda dari mereka sendiri berarti menekankan individualitas, melibatkan tren saat ini, dan mempertimbangkan rentang perhatian yang semakin singkat.”
\”Kalau kami bisa membujuk beberapa anak muda saja untuk memberikan suara dalam Pemilu Eropa dengan poster ini, kami merasa puas,” ungkap mereka.
Kaum muda ‘sangat jarang didengar\’
Delara Burkhardt, seorang Juru Bicara Kebijakan Lingkungan untuk Partai Sosial Demokrat (SPD) yang beraliran kiri-tengah di Parlemen Eropa, mulai tertarik pada politik ketika berusia 15 tahun. Ia berharap dapat memenuhi syarat untuk ikut memilih di Jerman saat itu.
Pada tahun 2019, ketika berusia 26 tahun dia menjadi anggota Parlemen Eropa termuda dari Jerman. Untuk pemilu Eropa yang akan berlangsung pada tanggal 6-9 Juni, dia untuk kedua kalinya mencalonkan diri sebagai anggota parlemen dari SPD.
Kepada DW, Burkhardt mengatakan sudah terlalu lama, terlalu sedikit yang dilakukan untuk membantu anak muda agar dapat bersuara lebih lantang.
\”Memberikan suara sejak usia 16 tahun merupakan langkah penting untuk mengimbangi kerugian demografis dan untuk meningkatkan nilai suara kelompok muda di kancah politik,\” ujar dia. \”Masyarakat kita semakin menua, dan perspektif anak muda terlalu jarang didengar dalam perdebatan politik.\”
Menurut data kantor statistik Uni Eropa, Eurostat, pada tahun 2022 Jerman memiliki populasi tertua keempat di Benua Biru dengan usia rata-rata 45,8 tahun. Hanya Italia, Portugal, dan Yunani yang memiliki populasi yang lebih tua.
Hal ini memiliki konsekuensi soal bagaimana dan untuk siapa isu politik bekerja. Dalam survei terbaru Vodafone Foundation, tiga dari empat anak muda berusia 14-24 tahun mengaku bahwa mereka tidak puas dengan cara politisi menanggapi kepentingan kelompok usia tersebut.

By admin