Bremerhaven di pesisir Laut Utara Jerman adalah pelabuhan nelayan yang tenang dan bersejarah. Di sana tercium aroma khas hidangan fish and chips. Sudah lama tidak ada lagi kapal penangkap ikan di sini. Namun, rumah pengasapan, restoran, dan toko suvenir tetap beraktivitas.
Di sana, berdiri bangunan modern dari kaca dan baja yang merupakan bagian dari Institut Ekologi Perikanan Thünen, yang bekerja bagi Kementerian Federal Pangan dan Pertanian mempelajari lingkungan laut, budidaya perairan, keanekaragaman hayati, dan ikan yang bermigrasi.
Fasilitas penelitian di lantai dasar hanya dapat diakses melalui serangkaian pemeriksaan higienis. Di belakangnya, berbagai spesies ikan dengan ukuran berbeda berenang di belasan kolam.
Ada sedikit bau apak di udara akibat kelembaban udara, jelas Ulfert Focken dari Institut Thünen. \”Di sini, di aula air hangat terdapat berbagai kolam tempat kami memelihara hewan dari wilayah hangat. Di sini, yang utama adalah ikan mas dan juga udang tropis, disebut udang anggur putih Pasifik. Kami terutama melakukan penelitian untuk memelihara dan memberi makan spesies ini.\”
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Selama lebih dari 30 tahun, para spesialis akuakultur dan nutrisi ikan telah berupaya menciptakan organisme yang dapat bertahan hidup di air. Berbeda dengan perikanan tangkap, dalam perikanan budidaya atau akuakultur, ikan salmon, ikan mas atau nila, serta kepiting, kerang, dan alga dipelihara dalam kondisi terkendali.
\”Di banyak benua, terutama di Asia, akuakultur memiliki status yang setara dengan pertanian. Tanpa akuakultur kita tidak akan punya kesempatan memberi makan masyarakat,\” kata Reinhold Handel, kepala Institut Ekologi Perikanan Thünen.
Ikan hasil budidaya kian populer
Konsumsi ikan global meningkat lebih dari dua kali lipat sejak pertengahan 1980-an. Hal ini sepenuhnya disebabkan oleh budidaya perikanan pada 40 tahun lalu. Dengan jumlah produksi sebesar 7 juta ton, jumlah ini pada waktu itu menyumbang kurang dari sepuluh persen konsumsi ikan global.
Pada tahun 2020, dengan jumlah produksi sebesar 88 juta ton, sektor ini telah memberikan kontribusi sebesar 49%, setara dengan konsumsi industri perikanan global. Jika budidaya alga dimasukkan, budidaya perikanan sebenarnya menghasilkan lebih banyak pakan akuatik dibandingkan perikanan tangkap, yang total produksinya hampir mengalami stagnasi sejak pertengahan tahun 1980-an.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh Cina yang sejauh ini memproduksi ikan terbanyak dari budidaya, yaitu hampir 37 juta ton pada 2020. Sebagai perbandingan, di Eropa pada tahun 2020, hanya tiga juta ton ikan yang berasal dari budidaya.
Namun apakah produksi setiap jenis ikan dapat diproduksi secara budidaya dan berkelanjutan? Bagaimana dengan ikan paling populer seperti salmon?
\”Semua orang tahu bahwa salmon memiliki kebutuhan dasar yang relatif tinggi akan kualitas nutrisi sebagai hewan karnivora,” kata Reinhold Hanel. Hal yang sama berlaku untuk tuna, sea bream, dan sea bass. \”Ini semua adalah ikan yang dibiakkan bukan sebagai pangan bagi mayoritas orang di seluruh dunia,” kata Hanel, \”tetapi untuk melayani pasar khusus.”
Pangan ikan karnivora terbuat dari apa?
Di habitat aslinya, ikan predator seperti tuna, sea bream, sea bass, dan salmon memakan ikan dan kepiting. Dalam budidaya perikanan saat ini, ikan yang dibudidayakan ini mengonsumsi kurang dari 10% ikan dalam pangannya. Lalu terdiri dari apakah 90% pangan ikan ini?
\”Ada sejumlah tepung hewani, tapi sebagian besar adalah protein nabati, terutama protein berbahan dasar kedelai,\” kata Ulfert Focke. \”Ini tentu saja bukan makanan alami untuk salmon. Evolusi tumbuhan darat dan ikan terjadi secara terpisah. Jika kita memberikan tepung kedelai mentah pada salmon dan ikan lainnya, itu akan menyebabkan peradangan usus kronis.\”

By admin