Ukraina dan Rusia masing-masing telah menukar 90 tawanan perang dalam kesepakatan yang dimediasi Uni Emirat Arab. Pertukaran tersebut menjadi yang terbesar kedua belah pihak dalam empat bulan terakhir.
Kedua negara itu telah melakukan lebih dari 50 pertukaran tahanan sejak Rusia menginvasi Ukraina lebih dari dua tahun lalu. Pertukaran dilakukan meski permusuhan berlanjut dan keduanya saling tuduh dalang yang menggagalkan perundingan.Zelensky Pecat Komandan Senior Tentara Ukraina\”Hari ini, 90 warga kami telah kembali ke rumah dari penawanan Rusia,\” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky seperti diberitakan AFP, Selasa (25/6).
\”Kami mengingat seluruh warga yang ditahan Rusia. Kami terus berupaya untuk membebaskan mereka semua,\” tuturnya.ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Senada, Rusia mengungkapkan 90 prajurit yang disebut berada dalam bahaya karena ditahan Ukraina \”sudah dikembalikan dari wilayah yang dikuasai rezim Kyiv.\”
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan para prajurit yang telah dibebaskan akan diterbangkan ke Moskow untuk mendapatkan perawatan dan rehabilitasi. Mereka juga membenarkan telah membebaskan 90 tentara Ukraina sebagai balasan.
Pertukaran sandera terakhir antara kedua pihak terjadi pada akhir Mei 2024. Kala itu, kedua negara masing-masing menukar 75 tahanan. Pertukaran tersebut juga hasil mediasi dengan UEA.
Pada Februari 2024, kedua belah pihak mengatakan masing-masing menukar 100 tahanan, pertukaran pertama mereka sejak Moskow menuduh Kyiv menembak jatuh sebuah pesawat yang membawa tentara Ukraina yang ditangkap.Pilihan RedaksiPutin Ngotot Kembangkan Senjata Nuklir Terbesar di DuniaRusia Serang Ukraina Timur, 4 Tewas dan Anak-anak TerlukaSebelumnya, Zelensky menegaskan pihaknya terbuka untuk segera melakukan pembicaraan jika Moskow menarik pasukannya keluar dari wilayah Ukraina.
Hal tersebut disampaikan Zelensky dalam konferensi damai yang digelar di Swiss, Minggu (16/6). Pihak Rusia sendiri tidak menghadiri konferensi tersebut.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menuntut Ukraina menarik mundur pasukannya dari bagian selatan dan timur negara itu jika ingin invasi berakhir.
Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, memicu konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Pasukan Rusia masih menguasai kurang dari seperlima wilayah Ukraina yang diakui secara internasional, termasuk semenanjung Krimea yang dicaplok pada 2014.