TRIBUNNEWS.COM – Hubungan Prancis dengan Rusia makin panas setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengaku tidak mengesampingkan rencana pengiriman tentara ke Ukraina guna membantu melawan Rusia.
Selepas ucapan Macron itu, Kepala Staf Angkatan Darat Prancis Jenderal Pierre Schill mengatakan pihaknya “sudah siap” untuk berperang.
“Namun, situasi internasional itu mungkin berkembang, rakyat Prancis bisa memastikan bahwa tentara mereka siap merespons,” kata Schill dikutip dari RFI.
Schill mengklaim pertunjukan kemampuan militer Prancis akan membantu negara itu serangan apa pun.
“Untuk melindungi negara dari serangan apa pun dan mempertahankan kepentingannya, Angkatan Darat Prancis bahkan sedang bersiap menghadapi pertempuran paling sulit.”
Dia menyebut Prancis bisa mengerahkan satu divisi berisi 20.000 tentara di dalam sebuah koalisi dalam 30 hari.
Di samping itu, Prancis bisa mengomandoi pasukan berjumlah sekitar 60.000 tentara dengan bergabung dengan negara sekutu lain.
Schill sendiri tidak secara khusus menyebut invasi Rusia ke Ukraina dan menyinggung kemungkinan konflik di sana menyebar.
Macron juga pernah menyinggung potensi meluasnya konfik Rusia-Ukraina.
“Jika perang menyebar di Eropa, Rusia akan disalahkan,” kata Macron beberapa hari lalu, dikutip dari Reuters.
“Tetapi jika kita memutuskan menjadi lemah, jika pada hari ini kita memutuskan tidak akan merespons, itu artinya sudah memilih kalah. Dan saya tidak menginginkannya.”

Sementara itu, anggota legislatif Rusia bernama Pyotr Tolstoy, mengatakan pasukan Rusia akan membunuh semua tentara Prancis yang dikerahkan di Ukraina.
“Kami akan membunuh semua tentara Prancis yang datang ke Ukraina karena pada hari ini, di tengah konflik di Ukraina, ada 13.000 tentara bayaran, termasuk 360 orang Prancis,” kata Tolstoy pada hari Kamis dikutip dari Newsweek.
Kepala Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia Sergei Naryshkin menyebut Prancis berencana mengirimkan 2.000 tentara ke Ukraina.

By admin