TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dihujat oleh Wali Kota Kiryat Shmona, Avichai Stern, setelah berkunjung ke perbatasan Israel utara pada hari Rabu (5/6/2024).
Netanyahu meninjau perbatasan utara setelah wilayah itu diserang oleh kelompok Hizbullah.
Dalam kunjungan itu, dia ditemani oleh Avi Zafrani, calon Wali Kota Kiryat Shmona yang berasal dari Partai Likud atau partai yang menaungi Netanyahu.
Sementara itu, Stern yang masih menjabat sebagai Wali Kota Kiryat Shmona mengkritik pedas Netanyahu.
Kritik itu, ialah tentang cara pemerintah menangani konflik dengan Hizbullah di perbatasan utara.
Stern juga mengkritik Netanyahu yang memilih untuk tidak ditemani oleh Stern.
“Jika Perdana Menteri benar-benar ingin menginisiasi perubahan di Kiryat Shmona, dia harus didampingi sang wali kota di sisinya. Dia harus bertemu dengan mereka yang menjalankan kota itu setiap hari, yang peduli kepada ribuan warga Kiryat Shmona yang dievakuasi ke lebih dari 460 kota di seluruh negeri,” kata Stern dikutip dari The Jerusalem Post.
“Tetapi sayangnya, bagi pemerintah ini, segalanya ditujukan untuk pertunjukan. Keprihatinan palsu, keamanan palsu, dan aksi palsu. Wilayah utara terbakar, dan Perdana Menteri bermain politik remeh temeh,” katanya.
Kebanyakan kota di Israel menggelar pilkada pada bulan Februari lalu. Namun, ada sejumlah kota, termasuk Kiryat Shmona, di perbatasan utara dan Gaza yang memundurkan jadwal pilkada karena alasan keamanan.
Sejumlah politikus lain, misalnya Menteri Dalam Negeri Moshel Arbel dan menteri tanpa portofolio Benny Gantz, turut mengkritik Netanyahu yang berkunjung ke Kiryat Shmona.
“Bagi warga Kiryat Shmona, kenyataan itu menyulitkan, dan pemimpin tak bisa lari dari kenyataan,” ujar Gantz.
Gantz meminta Netanyahu untuk minta maaf kepada Stern.
Beberapa anggota partai oposisi, misalnya Ketua Umum Partai Yisrel Beytenu, Avigdor Liberman; Ketua Umum Partai United Right, Gideon Sa’ar; dan Ketua Umum Partai Buruh, Yair Golan, turut mengkritik perdana menteri sayap kanan itu.
Kantor Netanyahu kemudian menanggapinya dengan menyebut, kunjungan Netanyahu itu adalah kunjungan “militer” dan tidak ada pejabat sipil yang diundang.