Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebanyak 70 persen kasus kanker serviks di Indonesia datang dengan kondisi stadium lanjut.
Pada stadium ini biasanya kanker telah menyebar luas ke seluruh tubuh, atau beberapa bagian tubuh yang lain.
Akibatnya angka kesembuhan rendah dan angka kematian lebih tinggi.
Karenanya, Indonesia menargetkan dua hal di tahun 2030.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu.

Pertama, pemerintah target 90 persen perempuan dan laki-laki Indonesia lakukan vaksinasi untuk cegah kanker serviks.
Vaksin yang digunakan adalah vaksin HPV untuk mencegah human papillomavirus, salah satu penyebab kanker serviks terbanyak.
\”Kita di Indonesia memberikan target lebih. Di rencana nasional, kita 90 persen diharapkan bukan cuma perempuan, tapi laki-laki sebelum usia 15 tahun divaksinasi,\” ungkapnya pada webinar virtual, Senin (1/1/2023).
Target ini melebihi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 90 persen perempuan (saja) yang harus divaksinasi, terutama sebelum berusia 15 tahun.
Kedua, pemerintah targetkan Indonesia target lakukan screening HPV DNA pada usia 30-69 tahun.
Pemeriksaan HPV DNA adalah prosedur untuk mendeteksi infeksi HPV (human papilloma virus) tipe risiko tinggi pada perempuan.
Metode ini menggunakan alat tes bernama “Cervical Scan” yang dapat melihat DNA HPV melalui sampel urine.
\”Kita mengikuti (standar ) hampir mirip di Australia. Dan berapa negara berhasil. 90 persen nanti kita harapkan,\” kata Maxi.
Agar target ini terkejar, Maxi mengatakan masih ada waktu 6-7 tahun.
Namun, diperlukan komitmen oleh setiap instansi pemerintah.
\”Kita masih ada waktu 6-7 tahun, kalau dilihat target pertahun ini komitmen pemerintah dibutuhkan. Kalau semua komitmen, saya kira bisa terkejar,\” pungkasnya.

By admin