Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Cendekiawan Muslim Jimly Asshiddiqie menilai Pemilu 2024 akan menghadapi banyak masalah ketimbang pemilu 2019.
Hal ini dilatarbelakangi kompleksitas pelaksanaannya.
Diketahui selain pilpres, di 2024 ada hajat demokrasi lain seperti pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi kabupaten dan kota.
\”Saya setuju pemilu 2024 ini sangat kompleks, banyak masalah jauh lebih banyak dari pemilu sebelumnya, apalagi dibandingkan 2019 ada incumbent dan sekarang kan nggak ada. Akan terjadi perubahan pergantian kepemimpinan menyeluruh eksekutif, legislatif di seluruh indonesia termasuk pilkada,\” tutur dia dalam tayangan Kompas TV, Senin (1/1/2024).
Apalagi diselenggarakan ditengah perkembangan distrupsi teknologi.
\”Semakin parah. Jadi ancamannya nyata. Pertama bagi penyelenggara. KPU bahwa DKPP, MK harus memperlihatkan profesionalisme kesungguhan pekerja bagi bangsa dan negara dan netral,\” jelas Ketua Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) ini.
Menurutnya, netral bukan cuma sekadar slogan tapi wajib ditunjukkan.
\”Jadi independen dan look independen. Harus diperlihatkan ke publik walaupun masing-masing kita punya referensi politik,\” ungkap Jimly.
Kemudian, caleg maupun para pasangan calon (paslon) capres-cawapres juga harus menunjukkan sikap, tidak saling serang.
\”Pertama yang harus dicegah itunya black campaign, negatif campaign. Perlu positif campaign untuk masing-masing. Jadi pada pendukung harus memperlihatkan kehebatan, kebaikan supaya yang dukung itu bisa dipercaya itu,\” terang dia.
Bahkan Jimly menyatakan, jelang pilpres baik negatif campaign dan black campaign sangat banyak mewarnai media sosial.
\”Kondisi di medsos sekarang seperti padahal peristiwanya 5 tahun yang lalu tapi dimunculkan terus sekarang,\” ungkap Jimly.