Seniman asal Yogyakarta, Butet Kartaredjasa membacakan puisi karya aktivis 1998, Wiji Thukul saat kampanye Pilpres 2024 Ganjar-Mahfud, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (10/2). Sebelum membaca puisi, Butet melakukan monolog dengan gaya bicara dan suara mirip Presiden Kedua RI, Soeharto.
Butet membacakan berjudul \’Sajak Suara\’ yang ditulis Wiji Thukul tahun 1988. Anak dari seniman tari Bagong Kussudiardjo itu mengatakan saat itu Orde Baru sedang di puncak kejayaan.
\”Puisi ini dibikin di zaman saya saat masih berkuasa. Sekarang kita sudah mengetahui bahwa sudah ada yang mewarisi gaya kepemimpinan saya,\” kata Butet dengan gaya bicara dan suara mirip Soeharto.
Masih dengan gaya dan suara yang sama, Butet mengatakan pemerintahan saat itu masih mempunyai rasa malu. Soeharto mau mundur setelah mendapat peringatan dari masyarakat, cendikiawan, dan tokoh agama.
\”Tapi pewaris daripada saya nggeget ngawulo waton. Saya punya rasa malu tapi yang mewarisi daripada sikap saya tidak punya rasa malu,\” katanya.
ADVERTISEMENT /4905536/CNN_desktop/cnn_nasional/static_detail
–>ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Timnas AMIN & TPN Ganjar Bersatu Beri Bantuan Hukum Butet KartaredjasaSajak Suara adalah puisi karya penyair asal Solo, Wiji Thukul. Ia menghilang di awal 1998 setelah terlibat dalam berbagai aksi demonstrasi di Kota Solo. Thukul diduga diculik karena karya-karyanya yang mengkritik keras Pemerintah di masa Orde Baru.
\”Sampai sekarang kita tidak tahu kuburnya di mana kalau sudah meninggal. Bagaimana nasibnya?\” kata Butet.
Selain Butet, Kampanye Ganjar-Mahfud di Kota Solo juga dimeriahkan dengan penampilan anak anak sulung Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani yang membawakan puisi karya ayahnya yang berjudul \”Peringatan\”.
Sajak \”Peringatan\” adalah karya Thukul yang paling tenar dengan baitnya \”Hanya ada satu kata: Lawan!\”Budi Arie: Jokowi Minta Projo Cabut Laporan soal ButetBelum lama ini, relawan Pro Jokowi (Projo) DIY resmi mencabut laporan dari Polda DIY terkait dugaan penghinaan terhadap Jokowi yang dilakukan Butet.
Namun Butet mengatakan meski laporan terhadap dirinya dicabut, namun ia tetap menilai Jokowi sebagai pengkhianat konstitusi.
\”Meskipun kasus baca pantun saya itu sudah disuruh hentikan, tapi Pak Jokowi tetap kekeh mengkhianati konstitusi, tetap tidak tunduk pada demokrasi,\” ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Senin (5/2).
Ia pun menyampaikan permohonan maaf lantaran tak lagi bisa berteman dengan Jokowi secara politik.
Butet menyebut pencabutan laporan terhadap dirinya merupakan upaya Jokowi untuk mengingatkan para relawan agar tidak menjadi penjilat dan mencari muka.
Ia meminta agar Jokowi turut membebaskan para warga yang dilaporkan ke aparat kepolisian karena berupaya menegakkan demokrasi. Butet mengaku tak menyesal melontarkan pernyataan yang berujung pada laporan ke Polda DIY terkait dugaan penghinaan terhadap Jokowi.