Satu keluarga yang terdiri dari empat orang ditemukan tewas karena diduga bunuh diri dengan cara melompat di Apartemen Teluk Intan Tower Topaz, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3).
Keempatnya yakni pria berinisial EA (50), perempuan AEL (52), laki-laki JWA (13) dan perempuan JL (16).
Proses penyelidikan hingga kini masih dilakukan oleh kepolisian. Baik terkait motif hingga mendalami apakah ada keterlibatan orang dalam dalam peristiwa ini.
CNNIndonesia.com telah merangkum jejak terakhir satu keluarga tersebut sebelum mengakhiri hidupnya, sebagai berikut:
Mampir Tempat Makan
Polisi menyebut satu keluarga tersebut sempat minta untuk diantar ke tempat makan oleh sopir taksi online sebelum menuju ke apartemen.
ADVERTISEMENT /4905536/CNN_desktop/cnn_nasional/static_detail
–>ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}
\”Ya (sempat diantar ke tempat lain) sebelum ke apartemen itu kan dia sempat makan dulu,\” kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Siagian kepada wartawan, Senin (18/3).
Hady turut membeberkan keluarga itu tak menunjukkan gelagat akan mengakhiri hidupnya saat diantar oleh sopir taksi online tersebut.
Bahkan, kata Hady, percakapan antara keluarga tersebut dengan sopir taksi online itu pun tak ada yang aneh dan wajar. Hanya selayaknya penumpang dengan sopir.
\”(Percakapan soal) arah tujuan biasa, patokan map. Maksudnya enggak ada bahasa yang menunjukkan dia kalau mau bunuh diri gitu. Bahasanya cuma, antar saya ke sini, antar saya ke apartemen ini,\” tuturnya.Fakta-Fakta Terbaru Kasus Bunuh Diri Satu Keluarga di Jakarta UtaraSempat Sembahyang
Polisi juga membeberkan bahwa sang ibu AEL (52) ternyata sempat sembahyang di kelenteng yang terletak di rooftop apartemen sebelum melakukan aksi bunuh diri.
Penjaga kelenteng bernama Akong mengaku sempat melihat empat orang yang merupakan satu keluarga itu naik ke atas rooftop.
\”Dia tidak melihat sampai (para korban lompat), karena ada dua bagian, sebelah kiri klenteng, sebelah kanan taman. Nah, posisi korban loncat itu di daerah taman sana, bukan di kelentengnya,\” ucap Hady.
Penjaga kelenteng itu juga mengaku sempat melihat sang ibu sembahyang. Namun, yang bersangkutan itu tak menyangka bahwa setelahnya justru terjadi aksi bunuh diri.
Kalau dari tangga ke kanan ya. Tapi sebelum ke kanan istrinya berdoa dulu, sembahyang. Nah, terus bapak anaknya tunggu di kursi,\” tutur Hady.
\”Sembahyang dilihat (sama penjaga klenteng). Cuma enggak nyangka dia,\” imbuhnya.Sang Ibu Berdoa di Kelenteng Rooftop sebelum Terjun dari Lantai 22Cium kening dan kumpulkan HP
Berdasarkan rekaman CCTV yang diperoleh kepolisian, terlihat sang ayah yakni EA sempat mencium kening ketiga anggota keluarganya.
Peristiwa itu terjadi saat para korban sedang berada di lift apartemen untuk menuju ke lantai 21.
Setelahnya, sang ibu yakni AIL lantas mengumpulkan handphone milik anggota keluarganya dan menyimpannya di dalam tas.
\”Setelah dicium-cium keningnya, AEL terlihat mengumpulkan handphone-handphone dari semuanya untuk naik ke atas,\” kata Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya.
Selanjutnya, mereka keluar dari lift di lantai 21 apartemen tersebut. Kemudian, mereka menggunakan tangga darurat untuk menuju ke rooftop apartemen.
2 tahun tak huni apartemen
Menurut pengakuan Nur, seorang tetangga yang tinggal satu lantai dengan para korban, keluarga itu ternyata sudah dua tahun tidak menempati apartemen tersebut.
Nur menyebut keluarga itu sempat berpamitan sekitar dua tahun lalu saat masa pandemi Covid-19.
\”Bilangnya mau pindah ke Solo, pas Covid-19 pindah,\” kata Nur.
Kala itu, Nur mengaku tidak tahu alasan keluarga tersebut pindah. Ia juga tidak mengetahui apakah hunian mereka dijual saat pindah.
Kendati demikian, Nur mengaku kenal dan sering berkomunikasi dengan keluarga itu. Menurutnya, keluarga itu ramah dan baik kepada tetangga.
\”Enggak ada berantem sesama tetangga. Suka dipanggil namanya Cici Aciu,\” ujarnya.Sekeluarga Bunuh Diri di Jakut Sempat Mampir Makan Sebelum ke TKPPunya bisnis kapal ikan
Jauh sebelum insiden nahas itu terjadi, keluarga itu ternyata mempunyai sebuah bisnis kapal ikan. Namun, bisnis tersebut bangkrut saat pandemi Covid-19 lalu.
\”Dulu yang bersangkutan ini punya kapal ikan, saya kurang paham pemilik atau apanya. Tapi pas Covid usahanya ini bangkrut,\” ucap Hady.
Hady menyebut setelah bisnis itu bangkrut kondisi perekonomian keluarga itu pun mulai berantakan. Namun, kepolisian masih mendalami aksi bunuh diri ini dipicu motif ekonomi atau bukan.
Anak putus sekolah
Polisi juga membeberkan fakta dua anak yang ikut tewas dalam peristiwa tersebut yakni JWA (13) dan JL (16), sudah satu tahun tak bersekolah.
Kendati demikian, kepolisian belum mengetahui alasan kedua anak tersebut tak lagi menempuh bangku pendidikan.
\”Si anak kan sudah tidak terdaftar di sekolah dan juga sudah tidak melanjutkan,\” ucap Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan kepada wartawan, Senin (18/3).
\”Satu tahun enggak sekolah, dua-duanya,\” imbuh dia.
Tak komunikasi dengan keluarga besar
Polisi diketahui telah meminta keterangan dari 12 saksi untuk mengusut kasus ini. Belasan saksi yang diperiksa itu merupakan keluarga dari keempat korban.
Dari keterangan para saksi terungkap fakta keempat korban ini cenderung tertutup dengan keluarga besarnya. Bahkan, mereka sudah lama tak berkomunikasi dengan keluarga besar.
\”Ini sudah enggak komunikasi ya. Enggak komunikasi lama sudah ada dua tahun enggak komunikasi dengan keluarganya,\” tutur Gidion.Keluarga Bunuh Diri Jakut Punya Bisnis Kapal Ikan, Bangkrut saat Covid