Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Indonesia (UI) buka suara soal dugaan manipulasi nilai dalam seleksi dosen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Dugaan manipulasi itu diungkapkan sejumlah peserta seleksi dosen CPNS di kedua kampus tersebut. Mereka mengeluhkan penilaian yang janggal dalam tahapan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) non-Computer Assisted Test (CAT).Peserta Seleksi Dosen CPNS Kemendikbud 2023 Ungkap Dugaan KecuranganSeleksi tahap ini terdiri dari microteaching dan wawancara. Penilaian tahapan seleksi itu diserahkan kepada masing-masing perguruan tinggi.
Salah satu peserta CPNS dosen Kemendikbudristek, Satriono Priyo Utomo menduga ada manipulasi nilai hasil tes microteaching. Dia mendaftar sebagai CPNS pada formasi jabatan asisten ahli-dosen di Program Studi Pendidikan Sejarah UNJ.
ADVERTISEMENT /4905536/CNN_desktop/cnn_nasional/static_detail

–>ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}

Satrio merasa janggal dengan kesenjangan penilaian antar-penguji pada tes microteaching. Padahal menurutnya, penampilan dan jawaban selama tes tersebut baik-baik saja.
\”Total nilai microteaching saya 15,5. Saya diberi tahu bahwa satu penguji memberikan nilai saya 19. Dan penguji lainnya memberikan nilai di bawah ambang batas atau kurang,\” ujar Satrio.
Atas perolehan nilai itu, Satrio menyampaikan sanggahan melalui surat yang ditujukan kepada Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek u.p. Panselnas CPNS TA 2023, Tim Pengadaan ASN Kemendikbudristek 2023, dan Rektor UNJ.
Dalam surat itu, ada tiga permohonan yang dia ajukan. Salah satunya, peninjauan ulang terhadap penilaian proses kegiatan tes microteaching.
\”Saya menjalani sanggah baik melalui akun SSCASN dan bersurat, bukan ingin diluluskan. Tapi berharap transparansi, keadilan, dan objektivitas dalam pelaksanaan pengadaan PNS ini berjalan sebagaimana amanat undang-undang dan peraturan pemerintah,\” ujar Satrio yang melamar dosen di kampus almamaternya itu.Polri Ungkap Beragam Modus Kecurangan CPNS 2021Rektor UNJ Komarudin menyebut kampus yang dipimpinnya membuka kesempatan sanggah bagi peserta yang tidak terima dengan hasil seleksinya.
\”Kami membuka kesempatan untuk sanggah sesuai ketentuan. Jika ada kesalahan di pihak kami akan kami perbaiki. Prinsipnya kami ingin seleksi di UNJ berlangsung fair, obyektif dan sesuai ketentuan yang berlaku berlaku,\” ujar dia.

Di tempat lain, keluhan terkait kejanggalan dan dugaan kecurangan juga disampaikan peserta seleksi dosen CPNS lainnya, yaitu Fathia. Dia mengikuti seleksi untuk menjadi dosen di Universitas Indonesia.
\”Saya merasa dicurangi,\” kata Fathia, Rabu (24/1).
Dia menjelaskan ada dua tahapan tes yang harus dilewati untuk menjadi dosen CPNS di kampus tersebut. Pertama, Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) yang terdiri dari tes wawasan kebangsaan (TWK), tes intelegensia umum (TIU), dan tes karakteristik pribadi (TKP).
Kedua, Seleksi Kompetensi Bidang (SKB). Kemudian, ada dua bentuk tes SKB yaitu tes objektif dengan Computer Assisted Test (CAT) dan non-CAT dalam bentuk microteaching dan wawancara.
Fathia dinyatakan lulus SKD. Dia mendapat total skor SKD tertinggi dibandingkan dua peserta lainnya.
Skor dia 29.018. Sementara dua peserta lainnya yaitu 26.982 dan 27.346. Namun, dia dinyatakan tidak lolos dalam SKB.
Fathia menduga dia sengaja tidak diloloskan dalam seleksi SKB non-CAT. Nilai wawancara Fathia tertinggi, tetapi nilai microteaching-nya di bawah batas minimal nilai kelulusan (passing grade).
Padahal, Fathia yakin telah melakukan tes microteaching dengan baik. Dia pun menanyakan kepada penguji dan guru besar di fakultas universitas tersebut terkait kesalahan apa yang dia lakukan dalam tes microteaching. Namun, jawabannya tidak ada.
Dalam tes seleksi CPNS dosen ini, ketentuan passing grade hanya berlaku pada tes wawancara dan microteaching. Oleh sebab itu, dia menduga celah kecurangan besar pada pemberian nilai tes ini.
\”Tiga ujian pertama [SKD] ada passing grade-nya. Yang terakhir [wawancara dan microteaching] tidak ada. Makanya dijadikan ajang menggugurkan kandidat tertentu meskipun nilainya tinggi, yaitu dengan memberi nilai di bawah passing grade,\” kata dia.Kemendikbud Dalami Laporan Dugaan Manipulasi Nilai CPNSMenanggapi hal ini, Kepala Biro Humas dan KIP Universitas Indonesia, Amelita Lusia menyatakan pihaknya sudah menjalankan seleksi dengan ketat.
\”Karena kami ingin mendapatkan SDM yang terbaik dan menguasai keilmuannya,\” kata Amelita kepada CNNIndonesia.com, Kamis (25/1).
Amelita menjelaskan UI mengembangkan mekanisme seleksi sedemikian rupa, sehingga melibatkan banyak pihak, baik di tingkat fakultas maupun universitas.
Menurutnya, peserta yang lulus seleksi SKD, pasti ada yang tidak lulus di SKB. Namun, kata dia, itu hal biasa.
Dalam tahap seleksi SKB non CAT, Amelita menyebut setiap peserta dinilai kompetensi bidangnya untuk melihat apakah sesuai dengan jabatan yang sedang dibutuhkan dan dipersiapkan untuk diisi.\”Peserta yang lulus SKB CAT bisa saja tidak lulus SKB Tambahan [Non CAT]. Pada suatu proses seleksi, pasti ada yang gagal, namun bukan berarti yang gagal itu jelek atau tidak berkompeten,\” ujarnya.
\”Hal itu semata-mata karena yang diterima lebih cocok dengan yang dibutuhkan oleh UI,\” lanjutnya.
Saat ini juga ada petisi dengan judul \’Menuntut Keadilan dan Transparansi Sistem Seleksi Dosen CPNS Kemendikbud\’ di change.org. Petisi itu diinisiasi seseorang bernama Agista Merin.
Hingga Kamis pukul 15.05 WIB, petisi itu telah diteken 1.425 orang. Agista berpendapat penilaian dua tes non-CAT dalam SKB bersifat sangat subjektif dan merugikannya karena menekankan unsur \’like and dislike\’, bukan pada kompetensi peserta.

By admin