Di usianya yang ke-111 tahun, PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) terus menunjukkan komitmennya dalam mencetak dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) unggul di Indonesia. Banyak SDM unggul yang dicetak Sampoerna meraih kesuksesan, salah satunya adalah Ivan Cahyadi.
Ivan, yang baru saja ditunjuk menjadi Presiden Direktur Sampoerna pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Sampoerna bulan April lalu ini, menempuh jalan panjang dan inspiratif dalam meraih kesuksesan.
Dirinya tercatat memulai karier di Sampoerna sebagai management trainee setelah lulus dari Universitas Surabaya pada 1996. Selama 28 tahun, ia telah malang melintang di berbagai divisi dan anak perusahaan Sampoerna, mulai dari Human Resources, IT, Produksi, Sales, Business Development & Planning, hingga Marketing.
\”Selama di Sampoerna, bagi saya setiap hari seperti hari pertama, karena kesempatan untuk mengembangkan diri tidak pernah sama. Hal ini sesuai dengan slogan kita, Anggarda Paramita, yang artinya menuju kesempurnaan, yang bisa dimaknai kita tidak pernah sempurna, sehingga harus terus belajar,\” ujarnya, Selasa (14/5).
Ia melanjutkan, Sampoerna memiliki sejarah panjang dalam pengembangan SDM. Sejak didirikan pada 1913, perusahaan telah berkomitmen untuk memberikan kesempatan dan akses kepada karyawannya untuk berkembang.
Hal ini dilakukan melalui berbagai program pelatihan, pengembangan karier, dan program lainnya. Program ini dirancang untuk membantu karyawan Sampurna mencapai potensi terbaik mereka.
Program pengembangan SDM ini sendiri mencakup berbagai pelatihan, mulai dari soft skills hingga hard skills, serta program mentoring dan coaching.
\”Kami ingin Sampoerna menjadi tempat di mana karyawan dapat belajar, tumbuh, dan berkembang. Kami percaya bahwa dengan karyawan yang bahagia dan termotivasi, Sampoerna dapat mencapai tujuannya,\” imbuh dia.
Dengan komitmen tersebut, Ivan menekankan, Sampoerna tak hanya menjadi tempat bagi karyawan Indonesia untuk berkembang, namun juga menjadi pusat pengembangan talenta perusahaan induknya, Philip Morris International.
Sampoerna saat ini juga berperan sebagai jembatan bagi talenta Indonesia untuk berkarya di kancah global. Kepercayaan dan kesempatan yang diberikan melahirkan pemimpin-pemimpin andal yang berkontribusi di berbagai afiliasi Philip Morris International (PMI) di seluruh dunia.
\”Saat ini terdapat sekitar 40 karyawan Sampoerna yang ditugaskan di berbagai negara dunia di bawah payung PMI. Salah satunya adalah Mimi Kurniawan yang saat ini dipercaya menjadi Chief Diversity Officer di kantor pusat PMI,\” sebutnya.
Ada pula talenta Sampoerna yang menjabat sebagai Direktur Penjualan di Filipina, Direktur Keuangan di Meksiko, hingga Country Manager di Maladewa.
Dalam mengembangkan SDM, Ivan menambahkan, Sampoerna juga berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dengan membuka jalan bagi para perempuan untuk berkembang dan berkarya di berbagai jenjang kepemimpinan.
Komitmen ini terlihat jelas dalam tingkat keterwakilan perempuan di jenjang direksi dan kepala divisi yang mencapai 46,03 persen. Hal ini merupakan pencapaian yang signifikan dan menjadi bukti nyata upaya perusahaan dalam mewujudkan kesetaraan di semua level.
Tidak hanya terbatas pada karyawan internal, Sampoerna juga aktif dalam membantu pengembangan SDM di luar perusahaan, terutama petani tembakau dan cengkih, toko kelontong, dan pelaku UMKM.
Pengembangan SDM bagi Masyarakat Luas
Untuk pengembangan itu, Sampoerna juga memiliki sejumlah program pendampingan. Sampoerna, melalui perusahaan pemasok, telah mendampingi lebih dari 22.000 petani tembakau dan cengkih, dalam program kemitraan yang dijalankan sejak 2009.
Di sisi lain, bagi para UMKM, di bawah payung Sampoerna Untuk Indonesia (SUI), Sampoerna memiliki dua program unggulan, yakni Sampoerna Retail Community (SRC) dan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC).
SRC adalah program pendampingan bagi pelaku usaha toko kelontong untuk bisa bersaing dan memanfaatkan digitalisasi. SRC yang dimulai sejak 2008 lalu ini kini telah membina lebih dari 250.000 toko kelontong di seluruh Indonesia.
Total omzet SRC tercatat sebesar Rp236 triliun, setara dengan 11,36 persen dari total PDB ritel nasional pada 2022.
Sementara SETC adalah program pelatihan kewirausahaan terintegrasi yang hadir sejak 2007. Program ini memiliki fasilitas pelatihan sebagai sarana pendukung yang berdiri di lahan seluas 27 hektare di Pasuruan, Jawa Timur.
SETC telah memberikan pendampingan komprehensif serta pengembangan kapasitas untuk pelaku UMKM kepada lebih dari 72.000 peserta yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia.
\”SETC hadir untuk membantu banyak orang agar bisa belajar menjadi entrepreneur yang baik,\” ucap Ivan.
Ia pun menuturkan, Sampoerna berinvestasi besar untuk membentuk ekosistem digital AYO by SRC yang menghubungkan produsen/mitra grosir, Toko SRC, dan konsumen.
Sebagai informasi, saat ini terdapat setidaknya tiga aplikasi pada ekosistem digital SRC. Pertama yakni My AYO by SRC yang menghubungkan pelanggan dengan Toko SRC.
Kedua adalah AYO Mitra by SRC yang menghubungkan mitra grosir dengan Toko SRC. Sementara yang ketiga AYO Toko by SRC membantu pemilik Toko SRC untuk mengelola usahanya, seperti memesan barang ke mitra SRC.
\”Efek berganda ini luar biasa, bahwa kami bukan hanya punya bisnis, tapi Sampoerna itu punya dampak positif terhadap rantai pasok dan masyarakat sekitar. Jadi pengembangan SDM bukan hanya untuk karyawan tapi juga mereka yang terlibat dalam rantai pasok dan masyarakat luas,\” pungkas Ivan.