Setelah Bambang Pamungkas pensiun pada 2012, rasa-rasanya tak ada lagi striker Timnas Indonesia yang namanya menggetarkan lawan.
Bukti empirisnya, di Piala AFF 2012, 2014, 2016, 2018, 2020 (2021), dan 2022, tak ada nama pemain Indonesia di daftar pencetak gol terbanyak. Thailand dan Vietnam mendominasi.
Padahal pernah ada era striker Indonesia begitu tajam. Gendut Doni Christiawan, Bambang, Ilham Jaya Kesuma, dan Budi Sudarsono, adalah daftar pemain yang pernah meraih sepatu emas Piala AFF.Pilihan RedaksiNetizen Bikin \’Jorji\’ Trending Usai Kalah Kontroversial di All EnglandYamaguchi Merasakan Kepedihan Hati Gregoria yang Kalah KontroversialJadwal Siaran Langsung Semifinal All England 2024: Jojo-Ginting MainKarenanya muncul dua pertanyaan retoris. Ada berapa banyak pemain Indonesia berposisi striker di Liga 1? Mengapa pula tidak ada striker tajam di Timnas Indonesia saat ini?ADVERTISEMENT.para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Di Liga 1 2023/2024 nyaris hanya ada 25 hingga 30 pemain yang bermain sebagai striker. Sudah begitu hanya dua persen dari jumlah tersebut yang rutin main sebagai pemain inti.
Sudah jumlahnya minim, pemain-pemain yang awalnya adalah striker kini dominan bermain sebagai winger atau gelandang. Salah satunya adalah Ezra Walian.
Dari sedikit striker yang ada tersebut, Dedik Setiawan jadi yang tersubur dengan sembilan gol. Berikutnya ada Ramadhan Sananta yang hingga pekan ke-29 mencetak delapan gol.
Sejatinya ada Stefano Lilipaly yang kini membukukan 11 gol, tetapi posisinya bukan striker. Pemain Borneo FC ini biasa main sebagai winger atau second striker.
Minimnya gol pemain lokal tak lepas dari banyaknya striker asing. Seluruh, yang berarti 18 klub Liga 1 punya dua striker asing. Ini membuat striker lokal minim menit main.Bambang Pamungkas pernah jadi top skor Piala AFF. (AFP/ADEK BERRY)Situasi ini pula yang membuat para pelatih klub mengakali kualitas pemain. Para striker itu akhirnya tetap dimainkan, tetapi untuk posisi pengumpan, yakni winger atau gelandang.
Namun banyaknya striker asing tak bisa dijadikan satu-satunya penyebab. Ada faktor lain yang menyebabkan tak banyak striker muda tumbuh menjadi monster di usia dewasa.
Baca di halaman berikutnya>>>