Menteri Perindustrian Agus Gumiwang terus mendorong munculnya kebijakan insentif untuk mobil hybrid meski kementerian lain sudah menyatakan tak akan ada tahun ini.
\”Kami inginnya ada insentif walaupun insentifnya enggak bisa sebesar mobil listrik,\” kata Agus.Wuling Tak Khawatir Tak Ada Insentif Mobil HybridSaat ini mobil listrik produksi lokal lebih istimewa dari mobil hybrid karena mendapatkan insentif diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen sehingga bebannya hanya tinggal 1 persen. Selain itu pemerintah juga tak menagih Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) mobil listrik.
Sementara mobil hybrid, mendapatkan insentif berupa harmonisasi PPnBM yang sekarang dihitung berdasarkan emisi gas buang. Namun mobil hybrid tetap dibebani berbagai perpajakan lain seperti mobil konvensional.
Pada awal bulan ini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan tak akan ada insentif tambahan untuk mobil hybrid.
\”Tentu kalau untuk otomotif kebijakan sudah dikeluarkan, jadi tidak ada kebijakan perubahan, atau tambahan lain,\” ujar Airlangga.
Pindah negara
Agus mengatakan mobil hybrid perlu diguyur insentif agar pabrik yang sudah ada di dalam negeri tak pindah ke negara lain yang memberikan stimulus lebih baik.
\”Salah satu pertimbangan kenapa kita perlu mempertimbangkan insentif untuk mobil hybrid, kami tidak mau pabrikan mobil hybrid di Indonesia itu pindah,\” katanya.
Saat ini produsen mobil hybrid di Indonesia adalah Toyota, Suzuki dan Wuling. Berbagai produsen lain sempat menyatakan ketertarikan produksi mobil hybrid namun sejauh ini belum tercapai seperti Honda, Mitsubishi dan Hyundai.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi sempat mendesak pemerintah bergerak cepat memberikan insentif mobil hybrid karena ada kekhawatiran investasi dan produksi terganggu.
\”Kalau kami lihat negara tetangga memberikan insentif untuk mobil hybrid. Kalau kami tidak berhati-hati, kami khawatir mereka bisa mengalihkan produksinya ke negara-negara tersebut,\” ucap Nangoi di GIIAS 2024, ICE BSD, Kamis (18/7).
Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menilai wajar produsen mobil hybrid angkat kaki dari Indonesia bila tak ada insentif.
\”Ya lihat saja, saksikan saja. Itu sih wajar di mana dia berkembang, di situlah ekosistemnya berkembang,\” kata Bob Azam, Wakil Presiden TMMIN di ICE BSD, Jumat (26/7).Alasan Pemerintah Tak Mau Siram Insentif Mobil HybridAgus mengatakan produsen kabur ini sempat terjadi di Indonesia pada 1980-an. Saat itu dikatakan pemerintah mempersulit industri semikonduktor kemudian perusahaan di dalam negeri semua pindah ke Malaysia.
\”Kami tidak mau negara-negara lain di Asean yang memberikan insentif cukup menarik bagi pengembangan mobil-mobil hybrid itu nanti pindah ke negara-negara tersebut. Itu yang kita tidak mau,\” ujar Agus.
Agus saat ditanya soal jenis insentif apa yang diusulkan buat mobil hybrid enggan membocorkannya. Meski begitu kata dia sejauh ini belum ada pembahasan resmi dengan Kemenko Perekonomian dan Kementerian Keuangan.
\”Jangan tanya soal insentifnya, bagi kami insentif itu perlu untuk hybrid karna kami tidak mau pabriknya pindah, negara lain berikan insentif buat hybrid. Belum bahas, tapi itu jalan pikiran kami Kemenperin,\” paparnya.