Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan mendapati nasib yang berlainan di mata pengguna media sosial Twitter, YouTube, dan TikTok usai debat ketiga Pilpres 2024 yang digelar Minggu (7/1).
Hal itu terungkap dari data hasil analisis Continuum INDEF yang dipaparkan pada Senin (8/1) atau sehari setelah debat.
Data Analyst Continuum INDEF Maisie Sagita mengungkap bahwa dari hasil analisisnya Anies memang menjadi capres yang paling disorot di tiga media sosial tersebut.
\”Anies menjadi yang paling populer dengan mendominasi 42,3 persen percakapan media sosial,\” kata Maisie dalam diskusi publik \’Mengurai gagasan capres tentang geopolitik dan pertahanan\’ yang digelar secara daring, Senin (8/1).Anies-Ganjar Bersaing Ketat Raih Sentimen Positif Usai DebatMaisie mengatakan data yang dianalisis berasal dari tiga media sosial, yakni YouTube, TikTok, dan X (sebelumnya Twitter) tentang debat capres pada Minggu (7/1) malam. Terdapat total 104.323 perbincangan dan 48.516 akun media sosial yang dianalisa.
ADVERTISEMENT Rinciannya, di TikTok sebanyak 13.576 perbincangan dengan 11.661 akun; X sejumlah 52.979 perbincangan dengan 18.818 akun.
Kemudian, INDEF juga menganalisis 37.768 perbincangan tiga tayangan langsung debat capres dari YouTube Komisi Pemilihan Umum (KPU), Kompas TV, dan Narasi. Perbincangan itu berasal dari 18.037 akun.
Meski paling populer, nyatanya respons yang didapat Anies tidak selalu berbanding lurus. Sentimen positif Anies dalam perbincangan di tiga media sosial mencapai 64,47 persen.
Sentimen positif Anies kalah dari dua lawannya dalam debat, capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (64,51 persen) dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo (83,63 persen).Sorotan Publik Usai Debat: Anies dan Ganjar Cerdas, Prabowo TegasMaisie mengatakan sentimen positif Anies paling banyak di X dengan lebih dari 75 persen. Sementara, dari YouTube hanya di kisaran 25 persen, dan TikTok sekitar 60 persen.
Prabowo, yang juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan, mendapat sentimen positif di TikTok di atas 75 persen. Sementara, di X dan YouTube sentimen positif Prabowo cuma sekitar 50 persen.
Ganjar yang mendapat sentimen positif tertinggi di TikTok dengan hampir 90 persen lebih. Untuk di X, sentimen positif Ganjar bersaing dengan Anies, sekitar 74 persen, dan di YouTube juga mencatat angka tidak jauh berbeda.
Data Drone Emprit
Lembaga analisis media sosial lainnya, Drone Emprit, juga mengungkap data yang hampir serupa. Dari hasil analisis mereka, Anies dan Ganjar bersaing ketat meraih sentimen positif di X.
Sentimen positif terhadap kedua capres ini diungkap oleh data analisis media sosial Drone Emprit pada periode 7 Januari pukul 22.00 WIB hingga 8 Januari pukul 23.59 WIB.
Anies mendapat sentimen positif yang cukup tinggi pasca-debat capres dengan persentase 71 persen, bersaing ketat dengan Ganjar yang mendapatkan sentimen positif sebesar 69 persen.
Sementara itu, capres nomor urut 2 Prabowo Subianto hanya mendapatkan 31 persen sentimen positif pasca-debat capres ketiga ini.
Sentimen positif terhadap Ganjar terkait dengan sejumlah opini, salah satunya julukan El Chef dan serangan Anies sejak awal debat.
Kemudian, warganet juga mengapresiasi Anies dan Muhaimin Iskandar yang melakukan live di platform TikTok. Anies juga mendapat sorotan karena memberikan nilai 11 dari 100 untuk kinerja Prabowo sebagai Menteri Pertahanan.
Selain itu, Anies mendapatkan apresiasi dalam poin south-south leadership. Ia juga mendapatkan simpati lewat viralnya pendukung 02 yang teriakan hujatan pada Anies.Indonesia Indicator: Prabowo Paling Banyak Diperbincangkan di Medsos\”Publik berikan atensi pada sikap Ganjar bersama Anies yang serang Prabowo jelang akhir debat,\” tulis Founder Drone Emprit Ismail Fahmi di akun X, Selasa (9/1), menjelaskan salah satu poin sentimen positif terhadap Anies.
Sementara itu, warganet memberikan narasi \”Let Him Cook\” pada Ganjar karena dinilai berhasil menguasai debat dan meng-counter Prabowo khususnya soal penyiapan data. Ganjar juga disebut sebagai Man of the Match dalam debat tersebut.
Sentimen positif terhadap capres nomor urut 3 ini juga karena publik menganggap konteks pemahaman dan data Ganjar lengkap berdasarkan pengalaman di eksekutif maupun legislatifnya.