Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) membeberkan peluang kembalinya banjir ke Jalur Pantura Semarang-Demak seperti bulan lalu.
Hal itu merespons salah satu pertanyaan soal banjir di Semarang, Demak, hingga Kudus, dalam acara Forum Merdeka Barat 9, Senin (1/4)
Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mulanya menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan banjir besar merendam Jalur Pantura Semarang-Demak pada Maret.
\”Pada tahun 2024, khususnya bulan Maret ada beberapa fenomena yang menyebabkan banjir di daerah Semarang, Demak, Kudus, dan Pati itu berlarut-larut,\” kata dia.Penyebab Semarang Dikepung Banjir Kata Pakar, Wilayah Sesuai PrediksiPertama, kemunculan bibit siklon tropis 91S yang terus berkembang dan kemudian memunculkan bibit siklon 94S dan memunculkan kembali bibit siklon 91P. Hal ini sudah dideteksi oleh BMKG sebelumnya pada 3-4 Maret.ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Bibit siklon yang muncul itu memberikan dampak curah hujan cukup tinggi bahkan mencapai 238 mm per hari seperti yang terjadi di Semarang.
Kedua, fenomena ini bersamaan dengan peristiwa rob, naiknya atau pasangnya air laut menuju daratan, yang berimplikasi saling menguatkan satu sama lain sehingga menyebabkan banjir tinggi dengan cakupan wilayah yang luas.
Ketiga, daerah konvergensi antar-tropik yang bergerak dari belahan Bumi selatan menuju ke utara dan sedang melintas di atas pulau jawa pada bulan Februari, Maret, dan April.Badan Geologi Ungkap Faktor yang Bisa Bikin Selat Muria Bangkit LagiKeempat, faktor ketinggian rata-rata pesisir di Semarang yang di bawah 0 meter di atas permukaan laut (mdpl).
\”Ditambah evaluasi infrastruktur bangunan air, dari beberapa tanggul yang ada itu sudah jebol semua, dan dari beberapa faktor ini saling beramplifikasi, sehingga inilah yang menyebabkan kenapa [banjir Demak-Semarang] itu berlarut,\” ujar Guswanto.
TMC hingga faktor angin

Guswanto pun mengungkap beberapa faktor yang kini bisa mencegah terjadinya kembali banjir kawasan pesisir utara Jateng ini.
Pertama, mitigasi bencana berupa teknologi modifikasi cuaca (TMC). Teknologi ini dilakukan dengan menghalau pertumbuhan awan-awan lokal dari perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah sehingga awan hujan tidak sampai di Semarang.
Sebelum awan hujan sampai ke wilayah Semarang maka dia dijatuhkan atau disemai dengan bahan NaCL agar jatuh di daerah yang tidak menyebabkan banjir.
\”Kejadiannya [banjir Maret] ini adalah dengan pemanasan pada siang hari dan menghasilkan awan konvektif sehingga pada malam hari awan ini sudah sampai di Semarang. Hal inilah yang membuat banjir berlarut di Demak, Kudus, Pati dan Semarang,\” kata dia.

Kedua, perubahan arus angin pembawa musim. Menurut BMKG, kejadian banjir pada Maret di Semarang ini yang muncul saat angin baratan (Angin Monsun Asia) pembawa hujan masih mendominasi.
Sementara, saat ini angin timuran (Monsun Australia) pembawa udara kering dan musim kemarau sudah mulai tiba di Indonesia.
\”Berarti nanti curah hujan yang ditahan di wilayah Merbabu, Merapi, itu semua akan jatuh di wilayah selatan, jadi tidak jatuh di wilayah utara daripada Semarang,\” tutur Guswanto.
Ketiga, fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) berpotensi batal masuk ke RI.
\”Tidak jadi masuk karena anginnya sudah mulai menuju angin timuran,\” tandas dia.

By admin