Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap sejumlah fenomena atmosfer berpengaruh terhadap hujan lebat di Indonesia kemarin, termasuk di sekitar Jakarta, yang kemudian memicu banjir.
Setelah digenangi air di akhir Maret, Jakarta kembali banjir pagi ini disebabkan oleh luapan sungai yang melintasi kota, yang hulunya banyak berasal dari kawasan Bogor, dan curah hujan tinggi.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta per Kamis (4/4) pukul 04.00 WIB, 40 wilayah Rukun Tetangga (RT) dan lima ruas jalan tergenang banjir.Deret Daerah Potensial Hujan Deras-Gelombang Tinggi saat Mudik 2024Rinciannya, pertama, tiga RT di kawasan Jakarta Barat. Yakni, satu RT di Kedoya Selatan dan dua RT di Kembangan Selatan yang terendam air akibat luapan Kali Pesanggrahan.ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Kedua, tujuh RT di Jakarta Selatan; satu RT di Pela Mampang digenangi luapan Kali Mampang; satu RT di Kebagusan imbas luapan Kali Pesanggrahan; empat RT di Pejaten Timur akibat curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung; satu RT di Ragunan akibat curah hujan tinggi.
Ketiga, 30 RT di Jakarta Timur; di antaranya, satu RT di Lubang Buaya akibat curah hujan tinggi dan luapan Kali Molek; tiga RT di Kampung Melayu imbas curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung, lima RT di Cawang karena curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung.BMKG Ungkap Daerah Target Modifikasi Cuaca di Periode LebaranFenomena atmosfer
Pantauan citra satelit BMKG, dalam Ikhtisar Cuaca Harian Rabu 3 April, mengungkap wilayah penyebaran awan konvektif atau pembentuk hujan yang signifikan selama 24 jam terakhir mencakup banyak wilayah, termasuk Banten, Jakarta, Jawa Barat.
Menurut pengukuran, beberapa wilayah di Jabodetabek memiliki curah hujan signifikan, terutama Bogor.
Lima besar diisi oleh Atang Sanjaya Bogor (46 mm), Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Bogor, (37,5 mm), Automatic Weather Station BSD Serpong, Tangsel, (24,2 mm), Stasiun Meteorologi Curug, Tangerang, (20,2 mm), dan Citayam, Kab. Bogor (13,9 mm).
Jakarta dan Jabar pun rutin diprediksi masuk wilayah potensi hujan disertai kilat/petir sejak Rabu (3/4) hingga Jumat (5/4).
\”Secara umum curah hujan tiga hari ke depan yang berpotensi menyebabkan bencana hidrometeorologi terdapat di sebagian wilayah Sumatera Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat,\” ungkap BMKG.
\”Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua,\” lanjut keterangan itu.
Apa pemicunya?
BMKG mengungkap sejumlah fenomena yang berpengaruh pada curah hujan di Indonesia, termasuk Jabodetabek, kemarin.KRISIS IKLIM
El Nino dan La Nina Bertingkah Makin \’Gila\’ Imbas Pemanasan GlobalPertama, Gelombang Rossby Ekuator. Fenomena ini merambat ke arah barat yang berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di sekitar wilayah tersebut.
Kedua, kombinasi antara gelombang Kelvin, gelombang Madden Julian Oscillation (MJO), dan gelombang Rossby Ekuator pada wilayah dan periode yang sama di Samudra Hindia Barat Bengkulu, NTB, NTT.
Ketiga, daerah konvergensi atau penyatuan angin yang di antaranya terpantau memanjang dari Bengkulu hingga Pesisir Barat Sumatra Barat, di Laut Jawa.
Keempat, Labilitas Lokal Kuat. Faktor ini mendukung proses pembentukan awan hujan atau konvektif pada skala lokal, termasuk di Jawa Barat.