Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa mengatakan bulan Maret tahun ini merupakan bulan terpanas secara global selama 10 bulan terakhir. Maret 2024 lebih panas 1,68 derajat Celcius dibanding rata-rata Maret antara 1850-1900, yang merupakan periode referensi untuk era pra-industri.
Wakil Direktur C3S Samantha Burgess mengatakan rekor panas Maret tersebut hanya lebih 0,1 derajat Celcius dari rata rata pra-industri, tetapi tren lebih luas yang lebih mengkhawatirkan.KRISIS IKLIM
El Nino dan La Nina Bertingkah Makin \’Gila\’ Imbas Pemanasan GlobalMenurut dia sebagian besar wilayah di planet ini mengalami suhu di atas rata-rata pada Maret, mulai dari sebagian Afrika hingga Greenland, Amerika Selatan dan Antartika.
Periode ini disebut bukan hanya sepuluh bulan yang memecahkan rekor panas, tetapi juga menjadi periode 12 bulan terpanas dalam sejarah jika dibanding masa pra-industri.ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Meski demikian, hal ini tidak berarti bahwa batas pemanasan 1,5 derajat Celcius yang disepakati oleh para pemimpin dunia di Paris pada 2015 telah dilanggar. Pasalnya, batas tersebut diukur dalam periode beberapa dekade, bukan dalam hitungan tahun.
\”[Meski demikian] kenyataannya adalah bahwa kita sudah sangat dekat [dengan batas tersebut], dan sudah berada di waktunya,\” kata Burgess, dikutip dari AFP.
Sebelumnya panel iklim IPCC PBB telah memperingatkan bahwa dunia akan mengalami kenaikan suhu di atas 1,5 derajat Celcius pada awal 2030-an.
Lebih lanjut, Burgess menyebut dampak pemanasan di laut juga tidak kalah mengejutkan, dengan rekor baru untuk suhu permukaan laut global yang ditetapkan pada Februari dikalahkan sekali lagi pada Maret.
\”Ini sangat tidak biasa,\” katanya.Gerhana Matahari Total Dekat Puncak Siklus Bintang, Apa Bahayanya?Lautan menutupi 70 persen planet ini dan telah menjaga permukaan bumi tetap layak huni dengan menyerap 90 persen panas berlebih yang dihasilkan oleh polusi karbon dari aktivitas manusia sejak awal era industri.
Sebagai gambaran, lautan yang lebih panas berarti lebih banyak uap air di atmosfer. Para ilmuwan mengatakan udara secara umum dapat menampung sekitar tujuh persen lebih banyak uap air untuk setiap kenaikan suhu 1 derajat Celcius.
Hal ini menyebabkan cuaca yang semakin tidak menentu, seperti angin kencang dan hujan deras.
Fenomena cuaca di berbagai belahan dunia menunjukkan hal tersebut, seperti Rusia yang terguncang oleh banjir terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Selain itu, beberapa bagian dari Australia, Brasil dan Prancis yang mengalami bulan Maret yang sangat basah.
\”Kita tahu bahwa semakin hangat atmosfer global kita, semakin banyak kejadian ekstrem yang akan kita alami, semakin buruk, dan semakin intens,\” kata Burgess.