Pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap sulitnya mengembangkan roket luar angkasa di Indonesia. Simak penjelasannya.
Rika Andiarti, Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Roket BRIN, mengatakan perkembangan teknologi roket di Indonesia saat ini berada pada fase penguatan. Pada fase ini ditargetkan pada peningkatan dimensi dan jarak jangkau, peningkatan nilai Isp (Impuls Spesifik) Propelan, pengembangan material ringan dan tahan temperatur tinggi, desain wahana dan riset RX450.
\”Kita sudah melewati fase fondasi seperti riset dasar teknologi propelan, riset dasar roket uji skala lab, RX150 dan RX250,\” kata Rika dalam keterangan di laman resmi BRIN, Kamis (2/5).
Menurut Rika, jika fase penguatan sudah dikuasai langkah selanjutnya adalah fase Sonda.
Pada tahap ini roket ditargetkan menembus Karman Line (batas tegas antara Bumi dengan luar angkasa), menguasai sistem separasi, jangkauan sistem telemetri, trajectory correction control (kontrol koreksi lintasan) dan riset RX452.ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}BRIN Sebut Bakal Riset Ekspedisi Arkeologi Besar-besaran Tahun IniNamun begitu, ia mengungkap bahwa riset teknologi roket itu bukan perkara mudah. Menurutnya ada sejumlah faktor yang menyebabkan hal tersebut.
\”Riset teknologi roket itu tidak mudah karena roket adalah teknologi sensitif dan berbahaya. Kerja sama dengan negara lain juga tidak mudah karena roket ini memiliki dua fungsi, yaitu sipil dan militer,\” kata Rika.
\”Negara-negara lain tidak ingin teknologi kuncinya diketahui pihak luar karena tidak ada yang menjamin apakah roket itu nantinya dipakai untuk kepentingan sipul atau militer. Di bangku kuliah pun ilmu yang diberikan hanya secara umum bukan ilmu yang kritikal,\” tutur dia menambahkan.Tong Setan, Cara Ekstrem Astronaut Agar Tak \’Letoy\’ di Luar AngkasaKendati begitu, menurut Rika para periset terus berupaya menguasai teknologi secara mandiri.
Saat ini terdapat tujuh kelompok riset di antaranya dinamika roket dan kontrol insulator termal, propelan dan piroteknik, propulsi maju, propulsi roket padat, sistem telemetri serta struktur roket dan material.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2023 tentang Penguasaan Teknologi Keantariksaan). Aturan tersebut turut mengatur mengenai penguasaan teknologi roket.
Mengutip Detik, Jokowi meneken aturan itu pada 16 Februari 2023.Uji Coba Rampung, Roket Terkuat China Siap Jajal Luar AngkasaAturan itu mewajibkan penguasaan teknologi keantariksaan oleh badan atau lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden dalam sejumlah hal.
Yakni, penyelenggaraan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan yang terintegrasi.
Pengembangan teknologi roket sebetulnya bukan barang baru di Indonesia. Indonesia tercatat pernah meluncurkan roket pertama buatan dalam negeri pada tahun 1960-an.
Mengutip laman resmi UGM, teknologi pembuatan roket di dalam negeri sudah dilakukan sejak tahun 1960-an. Saat itu, mahasiswa UGM yang tergabung dalam Persatuan Roket Mahasiswa Indonesia (PRMI) berhasil meluncurkan roket pertama buatan Indonesia pada tahun 1963 yang diberi nama Gama-I.

By admin