Pakar keamanan siber Alfons Tanujaya menyebut peristiwa peretasan terhadap Pusat Data Nasional (PDN) merupakan yang terparah di dunia.
Alfons mengatakan peristiwa serangan siber lewat modus ransomware tidak hanya dialami oleh Indonesia, melainkan oleh seluruh negara.Kronologi Koper Penumpang di Soetta Dibobol Petugas HandlingHanya saja, kata dia, tidak ada negara yang mengalami dampak peretasan separah Indonesia. Alfons mengatakan peretasan yang dialami Indonesia sangat terasa lantaran langsung menyerang pusat data.
\”Negara lain juga pernah terjadi peretasan ransomware, tetapi tidak separah kita (Indonesia). Karena ini kesannya semua data dikumpulkan lalu menjadi sasaran tembak,\” ujarnya dalam diskusi virtual, Sabtu (29/6).ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Alfons menjelaskan dalam menjalankan aksinya para pelaku peretasan biasanya terlebih dahulu melakukan scanning untuk menemukan celah keamanan.Pengacara SYL Minta KPK Usut Green House Milik Pimpinan ParpolSetelahnya, kata dia, mereka akan melakukan profilling terhadap kualitas data yang tersimpan dalam server tersebut. Oleh karenanya, ia mempertanyak sistem pengamanan yang dilakukan Kemenkominfo untuk memproteksi data-data berharga milik negara.
\”Harusnya itu ada pengamanan otomatis ketika ada yang melakukan breaching (penerobosan). Tapi kalau melihat back up data saja gak ada saya ragu ada pengamanan berlapis,\” tuturnya.
Sebelumnya, PDN lumpuh karena diserang kelompok peretas bernama Lockbit 3.0 sejak 20 Juni. Pusat data yang berlokasi di Surabaya itu diserang dengan modus ransomware.Digunakan untuk PPDB, Piagam Marching Band SMP 1 Semarang Diduga PalsuPeretas meminta uang tebusan hingga Rp131 miliar sebagai imbalan pengembalian data. Akan tetapi, pemerintah menolak memberikan uang itu.
Dalam rapat bersama Komisi I DPR, BSSN menyatakan masih melakukan identifikasi forensik untuk melihat apa saja akibat dari peretasan PDN.

By admin